Fakta Sosial Media Sebagai Pemicu Gangguan ADHD

www.sehatfresh.com

SehatFresh.com – Fenomena ADHD sudah dapat dirasakan sejak jaman dahulu. ADHD merupkan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder, (Attention yang berarti perhatian, Deficit artinya berkurang, Hyperactivity artinya hiperaktif dan Disorder yang berarti gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif.

Anak yang memiliki gangguan defisit perhatian dan hiperaktivitas (attention deficit hyperactivity disorder/ADHD) menunjukkan tiga gejala perilaku utama yakni penurunan perhatian, impulsif dan hiperaktivitas. ADHD menurut sejarah disebabkan oleh kelainan yang ada pada diri anak itu sendiri, bukan lingkungannya. Seperti peradangan pada otak, trauma saat proses kelahiran, luka pada kepala dan mengalami keracunan.

Saat ini bukan hanya anak-anak yang mengalami ADHD, karena penyebabnya diisukan bertambah. Fenomena yang saat ini terjadi adalah sosial media dapat mengubah perilaku seorang remaja menjadi mirip dengan penderita ADHD yakni perhatian pada lingkungan menurun, mudah menangkap sesuatu yang aneh, mudah dikacaukan, impulsif (tidak mampu mengontrol pikiran) dan aktivitas yang over atau berlebihan.

Dilihat dari gejala-gejalanya, sepertinya memang mirip dengan sikap para remaja yang kecanduan akan sosial media. Mereka terkadang cenderung tak memperhatikan lingkungan sosial secara nyata, jauh lebih tertarik dengan hal-hal yang aneh di dunia maya, pikirannya pun mudah dikacaukan. Dalam beberapa kasus, bahkan sosial media yang tidak digunakan dengan bijak, justru malah merusak pendidikan seorang remaja.

Apakah benar demikian adanya bahwa sosial media dapat memicu gangguan ADHD?

Attention deficit hyperactivity disorder secara istilah adalah hambatan pemusatan perhatian disertai kondisi hiperaktif. Secara umum sudah banyak penelitian tentang faktor penyebabnya. Meskipun demikian, belum bisa dipastikan secara pasti fakor dominan atau utama penyebab adanya gangguan tersebut. Para ahli menyimpulkan bahwa attention deficit hyperactivity disorder disebabkan adanya masalah genetikal (keturunan), bahan-bahan kimia, virus, problem kehamilan dan persalinan serta kondisi yang dapat mengintervensi penyebab rusaknya jaringan otak manusia.

Tidak hanyan faktor biologis saja, dalam penelitian yang lain memperlihatkan bahwa lingkungan sosial ternyata juga memiliki peran dan andil yang cukup besar. Pemanfaatan teknologi informasi audio-visual berupa televisi, komputer dan gadget secara tidak tepat disinyalir ikut berperan memperburuk timbulnya sindrom tersebut. Perlu diketahui bahwa gejala ini juga bisa muncul pada anak yang mempunyai kondisi neurologis normal. Faktor penyebabnya bisa disebabkan oleh pola asuh orangtua kepada anak.

Dengan demikian, penjelasan tersebut membuktikan bahwa sosial media yang sekarang sedang marak di kalangan remaja tidak menyebabkan terjadinya gangguan ADHD. Akan tetapi, bagi seseorang yang sudah divonis atau didiagnosa menderita ADHD, sosial media dan semua teknologi canggih saat ini dapat memicu atau memperparah gejala-gejala dari ADHD. (SPT)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here