SehatFresh.com – Feromon kerap diinterpretasikan sebagai zat yang dapat memberikan stimulan atau pesona serta daya tarik antar individu. Feromon adalah sinyal kimia misterius yang dilepaskan ke udara oleh manusia dan hewan, dan telah dikaitkan dengan segala sesuatu dari siklus ovulasi dengan atraksi fisik. Beberapa parfum dan cologne mengandung feromon juga telah dipasarkan kepada orang yang sedang mencari untuk menarik lawan jenis.
Kita tidak bisa mencium feromon diri sendiri. Feromon hanya bisa tercium dari orang lain, baik itu lawan atau sesama jenis. Uniknya, zat kimia yang sering disebut sebagai hormon cinta ini dinilai mampu mengendalikan berbagai macam emosi yang berpengaruh dalam hal memilih pasangan sampai ketertarikan dan hubungan seksual.
Manusia mengeluarkan feromon setiap saat. Sedangkan pada hewan, feromon hanya keluar pada masa-masa tertentu, yaitu setiap menjelang masa reproduksi. Tapi, kenyataannya feromon lebih mudah terdeteksi pada hewan. Biasanya bau tubuh manusia sudah tercampur dengan banyak hal, seperti keringat, parfum, atau bau-bauan lain dari lingkungannya. Terlalu sering mandi juga bisa membuat feromon memudar.
Saat sudah terkontaminasi, bukan berarti feromon tidak lagi bekerja. Sering kali, feromon harus dibantu bau-bau lain agar bisa memicu gairah penciumnya. Ini bisa berupa keringat dan minyak wangi. Akan tetapi, ketika kita mencium bau tubuh seseorang, belum tentu juga kita akan langsung tertarik. Reaksi pencium feromon ini bisa positif atau negatif.
Pada dasarnya, proses pemberian respon dari hipotalamus untuk melakukan perubahan psikologis emosi saat berdekatan dengan orang yang dikasihi tidaklah sederhana. Setelah senyawa feromon bertindak sebagai inisiator, maka selanjutnya hipotalamus akan merangsang pembentukan senyawa kimia lain yaitu senyawa phenyletilamine (PEA), dopamin, nenopinephrine, endropin dan oksitosin. Senyawa-senyawa tersebut akan menjalankan fungsinya masing-masing. Senyawa PEA, dopamine, dan nenopinephrine memberikan respon tersipu-sipu atau malu ketika berpandangan dengan orang yang disukai. Endropin akan menimbulkan perasaan aman dan tenang. Sedangkan oksitosin berperan dalam membuat rasa cinta itu lebih intim diantara keduanya.
Selanjutnya, efek dari senyawa feromon dan senyawa kimia tubuh lainnya akan membuat seseorang seolah kecanduan sehingga ingin melihat orang yang dicintainya sesering mungkin. Perasaan jatuh cinta ini selang beberapa waktu akan menghilang sedikit demi sedikit. Akibatnya, rasa tertarik pada seseorang pun mulai luntur, terutama ketika tubuh tidak lagi memenuhi kebutuhan PEA. Pada saat rasa ketertarikan semakin luntur, maka otak akan tetap berusaha untuk memproduksi dan melepaskan oksitosin selama kedua orang tersebut berusaha untuk menyayangi dan tetap setia satu sama lain.
Sumber gambar : breaktime.co.id