SehatFresh.com – Sudah kita ketahui bahwa gizi buruk ini bisa mengenai siapa saja namun perhatian lebih diberikan pada bayi dan balita. Alasannya disamping mereka masih butuh bantuan untuh memenuhi nutrisi tubuh, mereka juga sedang dalam tahap golden time yaitu keadaan dimana pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya sedang dalam kondisi yang baik sehingga memerlukan nutrisi yang baik. Namun gizi buruk ini masih menjadi masalah yang besar di Indonesia.
Berbicara mengenai keadaan gizi buruk di Indonesia, ternyata Indonesia ini merupaan salah satu negara ASEAN yang masih mengalami masalah gizi buruk yang tinggi ( Fajar, 2001). Indonesia el n tinggi pada gizi buruk disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya angka kemiskinan dan juga ketidapemerataan mengingat luasnya negara Indonesia ini.
Angka gizi buruk di Indonesia dapat dilihat berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2016, status gizi pada indeks BB/U pada balita 0-59 bulan di Indonesia, menunjukkan persentase gizi buruk sebesar 3,4%, gizi kurang sebesar 14,4% dan gizi lebih sebesar 1,5%.
Dalam survei PSG tersebut angka gizi buruk di Indonesia memang memiliki penurunan dibandingkan tahun 2015 jika perhitungan tersebut mengacu pada indikator status gizi yang ditetapkan oleh kementrian kesehatan indonesia yaitu status gizi kurang, gizi kronis yang menyebabkan anak sangat pendek dan gizi akut yang menyebabkan anak sangat kurus.
Namun perlu anda ketahui jika presentase gizi buruk pada anak yang dilakukan pada tahun 2016 tersebut mengacu pada kategori gizi buruk yang ditetapkan oleh World Health Organization, Indonesia masih mengalami gizi buruk yang cukup tinggi dan masuk dalam kategori akut dan kronis.
Tingginya masalah gizi buruk akut kronik di Indonesia dapat dilihat pada data balita di 419 kota atau kabupaten atau sekitar 81,5 persen dari total 514 kota di Indonesia masih mempunyai masalah gizi akut dan kronis. Jumlah itu berbanding begitu jauh dengan jumlah wilayah bebas masalah gizi yang ternyata hanya ada di 15 kota/kabupaten.
Untuk angka prevalensi anak balita pendek (stunting) dan balita kurus (wasting) di Indonesia memburuk. Keduanya sama-sama tercatat memburuk di 198 kota/kabupaten, meski kota/kabupaten yang dimaksud tidak sama, Jika dilakukan perbandingan angka prevalensi tahun 2016 terhadap angka tahun 2015.
Itulah gambaran mengenai gizi buruk di Indonesia. Oleh karena mari kita semua melakukan kerjasama untuk menurunkan gizi buruk di Indonesia sehingga semua masyarakat dapat hidup sehat dengan dimulai dari diri sendiri untuk tetap makan makanan yang bergizi. (DKA)