SehatFresh.com – Turunnya gairah bercinta pada pasangan suami istri (pasutri) dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari kondisi tubuh yang tidak fit, stres, letih hingga permasalahan pribadi.
Selain alasan-alasan pribadi tersebut, kondisi lingkungan terkadang juga ikut berpengaruh terhadap gairah. Menariknya, berdasarkan pengamatan salah satu media selama bulan Ramadhan beberapa waktu lalu, empat dari lima wanita yang ditemui mengakui bahwa suasana dan lingkungan bulan puasa berpengaruh terhadap menurunnya gairah seksual.
Ami, seorang pegawai swasta, mengaku bahwa gairah bercintanya dengan suami menurun lantaran terlalu letih. Harus bangun lebih pagi untuk masak dan menyiapkan makan sahur ditambah letih bekerja merupakan alasannya.
“Ya gimana ya, kalau istri kan harus bangun duluan. Saya saja bangun pukul 2 pagi. Masak, nyiapin meja makan, nanti kalau sudah selesai beresin. Belum lagi kerja, pulang kerja capek, perjalanan macet, sampai rumah sudah nggak ada tenaga lagi mau bercinta,” ungkapnya.
Pendapat Ami juga diamini oleh Yoan. Ia memang tidak bekerja dan lebih banyak mengurus rumah dan anak-anak saja. Namun, gairah bercintanya juga mengalami penurunan selama bulan puasa. Menurutnya, bulan puasa membuatnya ingin lebih dekat kepada keluarga, namun dalam konteks non seksual.
Akan tetapi bagi para suami, bercinta di bulan puasa nampaknya tetap bergairah saja. Seperti dikatakan oleh Jon, juga pegawai swasta. Menurutnya tidak ada perbedaan signifikan antara bulan puasa dengan bercinta di malam-malam lain seperti biasa.
“Biasa saja sih. Kalau masalah bergairah ya tetap bergairah. Lagian kan puasanya siangnya saja, malamnya sudah tidak. Jadi, saya sih tak pengaruh,” urai Jon.
Lantas, idealnya seberapa sering bercinta di bulan Ramadhan? Menurut dr. H. Boyke Dian Nugraha, frekuensi bercinta tergantung kebutuhan pasangan, usia dan riwayat produktivitas pasangan suami istri.
“Jika usia pasutri di bawah 30 tahun, seminggu bisa tiga kali atau lebih. Usia 30 sampai 40 tahun, biasanya seminggu dua kali. Usia 40 sampai 50 tahun seminggu biasanya satu sampai dua kali. Usia 50 sampai 60 tahun, seminggu sekali,” ujarnya.
Namun berdasarkan pengalaman menangani sejumlah pasien, Boyke pernah menemukan kasus ada laki-laki yang usianya 60 tahun lebih masih bisa bercinta dua hingga tiga kali seminggu. Kejadian ini membuat istrinya syok.
Menurut studi yang dilakukan peneliti Carnegie Mellon University, terlalu banyak seks malah bisa membuat seseorang jadi tidak menikmatinya. Hal ini terbukti lewat penelitian yang dilakukan kepada pasangan sibuk yang melakukan hubungan seks tiga kali seminggu.
Mereka terbagi dalam dua kelompok, ada yang menjalani aktivitas seks seperti biasa, sedangkan kelompok satunya diminta menambahkan jumlahnya. Setelah berjalan tiga bulan, pasangan yang diminta menambah frekuensi hubungan intim menyatakan kurangnya keinginan untuk berhubungan seksual dibandingkan sebelum penelitian.
Lalu, apakah frekwensi tertentu bisa menghasilkan seks yang memuaskan? Tidak juga. Menurut penulis buku The Coregasm Workout, Professor Debby Herbenick, Ph.D, frekuensi seksual tidak ada hubungannya dengan kesenangan atau kepuasan. Agar kehidupan seks membara, Hebernick mengingatkan untuk fokus pada kualitas bukan kuantitas. (SBA)