Kenali Kondisi Kelebihan Hormon Androgen pada Wanita

www.sehatfresh.com

SehatFresh.com – Hormon androgen biasa disebut sebagai hormon pria. Meskipun androgen dikenal sebagai hormon pria, tubuh wanita juga memproduksi hormon androgen. Pada wanita, testosteron diproduksi di ovarium, bersama-sama dengan estrogen yang merupakan salah satu hormon wanita. Kelenjar adrenal juga memproduksi hormon ini.

Jumlah testosteron yang diproduksi oleh tubuh wanita tidak sebanyak pada tubuh pria. Namun, fungsinya tidak kalah penting yaitu berperan sebagai perawatan, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan pada organ reproduksi wanita, bahkan memengaruhi kesuburan wanita. Sama seperti pada tubuh pria, hormon androgen terutama testosteron di sini juga turut membentuk massa tulang dan jaringan tubuh.

Pada wanita, hiperandrogen dapat dikenali setidaknya melalui beberapa gejala klinis. Gejala-gejala tersebut di antaranya adalah peradangan kulit bagian atas (seborrhea), tumbuhnya rambut pada bagian tubuh wanita yang tak biasa (hirsutism) serta kebotakan yang diawali dengan rambut rontok (alopecia).

Gejala hiperandrogen juga terlihat dari adanya poly-cystic-ovarian-syndrome (PCOS). Sindrom ini terlihat dari adanya gangguan siklus menstruasi, anovulasi, obesitas, peningkatan risiko diabetes mellitus dan risiko penyakit kardiovaskular.

Salah satu gejala umum yang dapat dilihat dari hiperandrogen terkait kesuburan ialah menstruasi yang tidak teratur. Wanita perlu mewaspadai hiperandrogen jika siklus menstruasi mereka pada dua tahun setelah menstruasi pertama masih tidak teratur disertai dengan jerawat yang cukup parah. Selain itu, hiperandrogen pada masa kehamilan juga dapat meningkatkan risiko keguguran sekaligus risiko diabetes dan hipertensi selama masa kehamilan.

Di samping itu, hiperandrogen pada wanita juga dapat menyebabkan jerawat parah yang dikenal sebagai nodul atau jerawat dengan peradangan yang dalam dan luas serta kista yang merupakan kumpulan dari nodul. Jerawat-jerawat ini timbul karena hormon androgen yang berlebih menyebabkan kulit wanita memproduksi sebum atau minyak yang berlebih.

Produksi sebum berlebih ini kemudian akan menutup folikel kulit yang terbuka. Mengingat sebum atau minyak merupakan media yang ideal bagi bakteri, penumpukan sebum akan meningkatkan jumlah bakteri P acne dan kemudian menyebabkan peradangan atau jerawat.

Jerawat akibat hiperandrogen cenderung lebih sulit diatasi jika dibandingkan dengan jerawat atau masalah kulit lain yang timbul karena faktor kebersihan. Alasannya, jerawat yang timbul akibat hiperandrogen memiliki kondisi keparahan yang besar dan berpotensi menimbulkan scar atau bekas luka yang sulit hilang jika dibiarkan dalam waktu lama.

Selain itu, jerawat akibat hiperandrogen ini juga dapat tumbuh di berbagai area tubuh dengan densitas minyak yang banyak. Contohnya adalah area T  pada wajah, rahang, hingga lipatan dada dan punggung.

Dampak lain hiperandrogen pada wanita yang juga mengganggu adalah adanya hipertrofi atau pembesaran klitoris, bagian yang paling sensitif pada wanita. Ada pula yang payudaranya mengecil, menyusul rendahnya kadar hormon estrogen pada tubuhnya.

Tingkat penyembuhan hiperandrogen pada wanita sangat bergantung pada penyebab dari hiperandrogen yang dialami wanita bersangkutan. Hiperandrogen yang disebabkan oleh konsumsi obat yang bersifat androgenik, misalnya bisa diatasi dengan hanya berhenti mengonsumsi obat tersebut. Hiperandrogen yang disebabkan tumor pada superadrenal atau ovarium, dua organ penghasil hormon androgen pada wanita, juga bisa diatasi dengan cara operasi.

Hiperandrogen akibat kegemukan atau gangguan kerja hormon insulin juga dapat diperbaiki melalui perbaikan pola hidup. Beberapa yang perlu diperhatikan adalah pola makan yang seimbang serta olahraga teratur sehingga tubuh tidak mengalami kelebihan berat badan yang dapat berujung pada gangguan resisten insulin. (KKM)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here