SehatFresh.com – US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan anak-anak dan remaja melakukan 60 menit atau lebih aktivitas fisik setiap hari. Orang tua harus mendorong anak mereka untuk bekerja pada kekuatan, ketahanan dan fleksibilitas. 60 menit ini tidak harus dilakukan sekaligus, tetapi dapat dijumlahkan dalam sehari menjadi 60 menit. Ketika seseorang sudah terbiasa berolahraga sejak masih anak-anak, dia akan terbiasa melakukan hal serupa di usia dewasa.
Pada bayi di bawah satu tahun, stimulasi merupakan sarana bermain dan belajar. Orangtua bisa mulai mengenalkan aktivitas fisik yang membantu perkembangan, terutama motorik kasar. Pastikan bayi diletakkan di tempat yang aman dan tidak menghalangi bayi untuk bergerak. Dengan memberikan kebebasan bayi bergerak di tempat yang aman, bayi bisa mengeksplorasi lingkungan serta membentuk dan memperkuat ototnya.
Usia 1-4 tahun, anak biasanya sudah dapat berjalan, berlari, dan melompat. Olahraga diperlukan untuk memperkuat kemampuan dasar motorik kasar, melatih fungsi dan kemampuan motorik, serta kemampuan motorik halus, keseimbangan, dan ritme gerak fisik. Aktivitas fisik pada masa ini bisa melalui bermain secara aktif seperti berjalan, berlari, memanjat, dan lainnya. Bentuk lain ialah bermain interaktif dengan arahan seperti berlatih menari, di mana anak juga berlatih mengikuti instruksi.
Pada usia 5-6 tahun, anak bisa diperkenalkan dengan aktivitas bermain yang memerlukan sedikit instruksi yang berfokus pada kesenangan. Bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik yang berulang-ulang dapat melatih keterampilan berpikir. Contohnya berlari, berenang, melempar, dan menangkap bola. Pada usia 7-11 tahun, anak bisa diajak bermain dengan peraturan dan instruksi yang fleksibel. Misalnya, bermain sepak bola yang memerlukan aktivitas yang lebih kompleks dan melatih anak untuk bekerja sama.
Kurang olahraga di masa kanak-kanak bisa menimbulkan banyak efek negatif. Ini bisa meningkatkan risiko berat badan berlebih atau obesitas, di mana obesitas berkaitan dengan sejumlah masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu, orang tua perlu membantu anak untuk hidup sehat dengan mendorongnya melakukan aktivitas fisik yang menyenangkan, dan dengan menunjukkan manfaat dari aktivitas fisik itu sendiri.
Selain kemungkinan memiliki kelebihan berat badan, anak-anak yang kurang olahraga juga cenderung memiliki otot dan tulang yang lebih lemah dari anak-anak yang berolahraga secara teratur. Anak-anak yang kurang gerak juga lebih berisiko diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi.
Dalam salah satu artikel dari American College of Sports Medicine’s Health and Fitness Journal, ada berbagai alasan mengapa anak-anak menjadi tidak terlibat dalam aktivitas fisik yang cukup. Ini meliputi hambatan intrapersonal, interpersonal, institusional, dan lingkungan. Contoh hambatan intrapersonal misalnya, takut diejek karena berat badan berlebih atau lebih memilih kegiatan lain, seperti bermain video game. Memiliki teman atau keluarga yang gaya hidupnya kurang aktif termasuk ke dalam hambatan interpersonal. Beban tugas sekolah yang berat juga bisa menjadi hambatan yang sifatnya institusional. Hambatan dari lingkungan bisa karena cuaca buruk atau kurangnya transportasi.
Sedangkan menurut artikel yang dimuat di “Obesitas Research” tahun 2003, hambatan yang paling umum ialah kurangnya waktu, sedikit minat, dan hambatan lingkungan. Untuk membantu menghilangkan hambatan-hambatan ini, orang tua perlu mendorong anak-anak mereka berpartisipasi dalam kegiatan fisik dan juga terlibat dalam aktivitas fisik tersebut.
Sumber gambar : blog2.pingusenglish.co.id