SehatFresh.com – Pubertas adalah masa transisi antara dunia kanak-kanak dan usia dewasa. Banyak anak yang melalui masa puber dengan penuh tantangan. Meninggalkan dunia kanak-kanak yang menyenangkan dan penuh dengan berbagai kesenangan menuju usia dewasa yang identik dengan tanggung jawab tidaklah mudah. Di sisi lain, perubahan fisik yang dialami remaja membuat mereka mengalami perubahan emosional di usia puber.
Remaja cenderung lebih mudah merasa tersinggung di usia puber. Perubahan fisik yang dialami remaja bisa membuat mereka merasa tidak nyaman dan mudah tersinggung. Berbagai pertanyaan mengenai apa yang terjadi pada tubuh mereka dan apa yang mereka rasakan juga membuat kondisi psikologis mereka menjadi lebih emosional.
Di usia puber remaja juga kerap merasa kurang percaya diri. Perubahan fisik yang terjadi mendorong mereka untuk membandingkan kondisi fisik mereka dengan teman yang lainnya. Berbagai hormon yang mulai diproduksi di awal masa pubertas ini juga menjadi salah satu penyebab remaja menjadi labil secara emosional. Perubahan emosional di usia puber ditandai dengan sikap remaja yang lebih tertutup.
Bila di masa anak-anak mereka menyukai kegiatan bersama orangtua, di masa puber mereka lebih memilih menghabiskan waktu di dalam kamar. Kegiatan rekreasi bersama keluarga pun tidak lagi menjadi aktivitas favorit mereka. Remaja lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama teman-temannya.
Mengingat masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman sebaya, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaiman remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin tanpa hambatan.
Berbagai penelitian mengenai emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar berkaitan erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Terkadang emosi seorang remaja bisa berasal dari hal-hal yang terpendam, seperti ketidaknyamanan saat berada di kelas, sering diejek oleh teman-temannya dan hal lainnya.
Hal tersebut bisa membuat mereka jadi malas pergi ke sekolah, mudah marah, dan berkata kasar. Emosi remaja harus diatasi dan diawasi sejak awal. Anak-anak yang sudah menunjukkan tanda-tanda buruk, seperti suka berbohong, suka jahat pada temannya, berkata kasar, lain tindakan kasar lainnya itu harus segera ditangani dengan cara yang bijak.
Orang tua perlu bersikap bijak terhadap perubahan emosional remaja di usia puber. Menghadapi perubahan emosional remaja dengan sikap yang sama emosionalnya justru bisa membuat remaja semakin sulit dikendalikan. Para remaja sesungguhnya membutuhkan pendampingan orangtua sebagai sumber informasi dan rasa aman. Orangtua harus bisa mengawasi perilaku dan pergaulan mereka.
Orang tua disarankan agar selalu memperhatikan teman-temannya dan kegiatan apa yang biasa dilakukannya di rumah. Selain itu, orang tua juga perlu membangun hubungan yang baik dengan anak-anaknya. Tujuannya agar anak tidak berani melakuakn hal-hal yang bisa berdampak buruk pada dirinya atau pun orang lain.