Penanganan Penyakit Klamidia pada Pria

www.sehatfresh.com

SehatFresh.com – Klamidia atau chlamydia adalah sebuah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri bernama chlamydia trachomatis. Anda bisa jadi tidak mengetahui bahwa Anda memiliki bakteri klamidia karena beberapa orang tidak menunjukkan tanda maupun gejala.

Untuk dapat mendiagnosa penyakit ini, dokter biasanya akan melakukan wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Bila diperlukan, dokter juga akan mengambil sampel cairan keputihan untuk diobservasi di bawah mikroskop. Tidak menutup kemungkinan, dokter dapat pula melakukan pemeriksaan melalui analisis urine.

Penyakit klamidia bisa sembuh sepenuhnya dan tidak akan berubah menjadi komplikasi jika mendapatkan pengobatan sesegera mungkin. Dokter biasanya akan meresepkan dua jenis antibiotik guna menghambat perkembangan bakteri penyebab klamidia di dalam tubuh, yakni azitromisin (Zithromax) dan doksisiklin.

Antibiotik jenis lain, seperti eritromisin, levofloxacin dan ofloxacin, juga dapat diberikan bila memang dibutuhkan. Semua obat yang diresepkan oleh dokter sebaiknya diminum secara teratur sesuai anjuran yang ditentukan. Di akhir masa pengobatan, penderita sebaiknya menghabiskan semua obat yang diberikan oleh dokter supaya dapat sembuh total.

Dalam beberapa kasus infeksi klamidia yang sudah tergolong parah, penderita harus rawat inap di rumah sakit guna memperoleh penanganan khusus. Jika hal ini terjadi, penderita akan diberikan antibiotik melalui infus atau intravena (IV) serta obat pereda nyeri untuk mempercepat penyembuhan.

Setelah rutin minum obat dan mematuhi semua anjuran dari dokter, infeksi klamidia kemungkinan akan sembuh dalam kurun waktu sekitar 1-2 minggu. Selama masa ini, penderita belum diperbolehkan untuk berhubungan intim dengan pasangan sampai dokter menyatakan bahwa tubuhnya telah terbebas dari bakteri penyebab klamidia.

Meski begitu, tiga bulan kemudian penderita masih diharuskan melakukan pemeriksaan ulang guna memastikan bahwa tubuhnya memang telah benar-benar terbebas dari penyakit klamidia. Cara ini sekaligus mencegah kemungkinan bakteri klamidia berkembang lebih jauh jika ternyata Anda masih memilikinya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah infeksi berulang penyakit ini merupakan hal yang umum. Dengan kata lain, seorang penderita yang telah diobati bukan berarti dia akan kebal akan penyakit tersebut di kemudian hari.

Oleh karena itu, seseorang yang dinyatakan selesai menjalani pengobatan harus melakukan uji laboratorium lagi sekitar tiga bulan setelah dirawat. Selain itu, mereka juga dilarang berhubungan seksual terlebih dahulu sampai masa pengobatan berakhir.

Mengingat bahaya penyakit ini, sudah sepatutnya Anda mencegah penyebaran penyakit ini sejak dini. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah rutin melakukan tes klamidia setiap tahun.

Pasalnya, pada pria, komplikasi dari klamidia bisa menyebabkan uretritis non gonokokus (NGU) atau non gonore, epididimitis hingga proctitis (peradangan pada anus) bila tak ditangani secara cepat dan tepat. (SBA)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here