Prof. Dr. dr. Agus Firmansyah, SpA(K) : Pengaruh Resusitasi Cairan terhadap Hemodinamik Sus Scrofa sebagai Model Renjatan

www.sehatfresh.com

SehatFresh.com – #DokterTalk –  Renjatan (syok) adalah kegagalan sistim sirkulasi memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Sistim sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah dan darah yang mengalir di dalamnya. Darah mengangkut oksigen yang terikat pada hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah.

Pada anak seringkali renjatan terjadi karena kekurangan cairan, misalnya akibat diare atau demam berdarah dengue. Pada demam berdarah dengue kekurangan cairan terjadi karena cairan dalam pembuluh darah bocor, membanjiri jaringan sekitarnya. Keluarnya cairan terjadi karena kerusakan lapisan glycocalyx yang melapisi dinding dalam pembuluh darah. Umumnya renjatan diterapi dengan cairan elektrolit yang dimasukkan melalui infus.

Banyak pedoman resusitasi menganjurkan pemberian cairan infus dalam jumlah besar, dengan tujuan untuk segera memulihkan  pasokan oksigen. Kegalauan terjadi karena pemberian cairan dalam jumlah besar mengencerkan darah hingga kadar hemoglobin menurun. Selain itu cairan yang diberikan dalam jumlah besar meregang diding jantung, disusul dengan keluarnya hormon atrial natriuretic peptide (ANP).

Penelitian pada pembuluh darah marmot memperlihatkan bahwa ANP mengakibatkan peluruhan lapisan glycocalyx hingga terjadi kebocoran pembuluh darah. Kebocoran di paru menyebabkan cairan paru meningkat dan pasien sulit bernapas. Kecuali menyebabkan kebocoran pembuluh darah, ANP juga melebarkan pembuluh darah hingga menurunkan tekanan darah.

Penelitian ini dilakukan pada anak babi yang dibuat renjatan dengan cara mengeluarkan darah. Hewan coba kemudian diresusitasi dengan cairan dalam jumlah besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ANP meningkat sebentar, kemudian turun kembali. Peningkatan yang singkat ini tidak meluruhkan glycocalyx. Cairan paru meningkat sedikit, tidak mengakibatkan gangguan pernapasan. Penurunan hemoglobin terjadi, namun peningkatan curah jantung mengakibatkan pasokan oksigen malah meningkat. Pelebaran pembuluh darah yang terjadi berbanding terbalik dengan peningkatan curah jantung, hingga menghasilkan tekanan darah yang stabil. Pelebaran pembuluh darah ini bersifat protektif, mengurangi peningkatan cairan paru.

Penelitian ini perlu diuji keabsahannya pada manusia. Namun demikian pelajaran yang dapat ditarik:

  1. Peningkatan cairan paru dalam jumlah besar tidak disebabkan karena pemberian cairan, tetapi karena proses inflamasi (misalnya pada demam berdarah dengue).
  2. Pada pasien dengan gangguan jantung, curah jantung tidak dapat meningkat lagi, hingga penurunan kadar hemoglobin akan mengakibatkan penurunan pasokan oksigen.
  3. Melebarkan pembuluh darah dapat menjadi opsi baru dalam mencegah peningkatan cairan paru.
  4. Pemberian cairan infus saja tidak dapat diharapkan meningkatkan tekanan darah, karena peningkatan curah jantung akan diimbangi dengan pelebaran pembuluh darah.
  5. Untuk mengoptimalkan fungsi hemodinamik, dibutuhkan penilaian semua parameter.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here