SehatFresh.com – Sianida telah dikaitkan dengan berbagai kasus keracunan, termasuk juga yang baru-baru ini terjadi di Indonesia. Dalam waktu singkat, orang yang terkena racun sianida bisa mengalami kejang secara tiba-tiba hingga akhirnya meninggal dunia. Lantas, apa itu sianida dan bagaimana zat tersebut bisa mematikan?
Sianida adalah zat kimia yang berpotensi mematikan, yang terwujud dalam berbagai bentuk. Sianida dapat menjadi gas yang tidak berwarna, seperti hidrogen sianida (HCN) atau cyanogen chloride (CNCl), atau bentuk kristal seperti natrium sianida (NaCN) atau kalium sianida (KCN). Berdasarkan bentuknya tersebut, keracunan sianida dapat terjadi karena terhirup, tertelan, terserap kulit, dan melalui intravena.
Secara alami, sianida ada di beberapa makanan dan tumbuhan tertentu seperti singkong, almond, dan biji buah apel. Untungnya, sianida dalam makanan umumnya rendah sehingga makanan tersebut aman tetap aman dikonsumsi. Efek racun sianida dalam makanan bisa dihindari dengan mengolah makanan dengan cara yang tepat sebelum dimakan.
Sianida juga terkandung dalam asap rokok dan dalam zat yang dilepaskan ketika pembakaran bahan sintetis seperti plastik. Dalam bidang manufaktur, sianida digunakan untuk membuat kertas, tekstil, dan plastik. Garam sianida juga digunakan di bidang metalurgi untuk pembersihan logam dan pemindahan emas dari bijihnya.
Keracunan yang disebabkan oleh sianida tergantung pada jumlah, rute dan durasi paparan sianida itu sendiri. Dalam dosis sangat rendah, sianida yang masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi tiosianat di hati dan dapat diekskresikan atau dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Namun, bila jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis besar, tubuh tidak akan mampu untuk mengeluarkannya.
Sianida memiliki afinitas tinggi untuk logam seperti kobalt dan besi trivalen, dan untuk senyawa sulfane seperti natrium tiosulfat yang berisi ikatan sulfur-to-sulfur. Dalam dosis besar, sianida secara cepat terikat dengan besi di sitokrom a3, menghalangi pengangkutan eletron di sitokrom. Ini akan menghentikan fosforilasi oksidatif dan produksi adenosin trifosfat. Akibatnya, pemanfaatan oksigen dalam sel berhenti. Sel kemudian dipaksa masuk ke dalam metabolisme anaerobik, menciptakan asam laktat dan menyebabkan ketidakseimbangan asam-basa dan asidosis metabolik.
Secara sederhana, sianida menghambat sel tubuh mendapatkan oksigen, di mana yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak. Paparan dalam jumlah kecil bisa mengakibatkan napas cepat, gelisah, pusing, lemah, sakit kepala, mual dan muntah serta detak jantung meningkat. Paparan dalam jumlah besar menyebabkan kejang, tekanan darah rendah, detak jantung melambat, kehilangan kesadaran, gangguan paru serta gagal napas hingga kematian dalam waktu singkat.
Sumber gambar : www.asliindonesia.net