SehatFresh.com – Skrining dalam dunia kesehatan diartikan sebagai prosedur pemeriksaan atau pendetesi penyakit yang berpotensi tumbuh dalam tubuh seseorang. Skrining biasanya dilakukan sebelum ada tanda atau gejala dari sebuah penyakit.
Skrining pada bayi baru lahir dilakukan untuk mengetahui kemungkinan penyakit dalam tubuh bayi sebagai kelainan metabolis bawaan (IEMS). Skrining pada bayi baru lahir biasanya dilakuan sebelum bayi meninggalkan rumah sakit atau sebelum bayi berusia tujuh hari. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi sedini mungkin potensi sebuah penyakit.
Prosedur skrining pada bayi berupa pengambilan darah bayi sebagai sempel dan bahan pemeriksaan. Sempel darah bayi biasanya diambil pada tumut bayi. Skrining yang dilakukan pada bayi memiliki beberapa jenis. Ini bertujuan untuk memeriksa seluruh keadaan bayi. Berikut merupakan jenis skrining yang dilakukan pada bayi yang baru lahir :
- Tes apgar
Tes apgar merupakan tes yang pertama kali dilakukan pada bayi. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berdaptasi bayi yang baru lahir pada tempat baru di luar rahim ibu. Tes ini dilakukan pada satu menit pertama bayi lahir dan lima menit pertama.
Ada beberapa pameriksaan yang dilakukan dalam tes apgar. Tes pemeriksaan warna kulit (appearance), frekuensi detak jantung (pulse), pernapasan (grimance), keaktifan tonus otot (activity), dan reaksi terhadap rangsangan (reflex).
- Tes pendengaran
Tes ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan pendengaran pada bayi. Tes ini dilakukan dengan 2 jenis tes yaitu dengan otoacoustic emissions (OAEs) dan auditory brainstem response (ABR). Tes ini bisa cukup sulit, karena pendengaran bayi yang baru lahir belum sensitif. Meski begitu, tes pendengaran pada bayi hanya akan berlangsung selama kurang lebih 10 menit.
- Tes G6PD
G6PD merupakan tes yang dilakukan untuk mendeteksi apakah ada kelainan enzim glucoe-6-phospate dehydrogenase (G6PD). Kelainan enzim ini menyebabkan darah merah tidak efektif mengangkut oksigen ke seluruh tubuh bayi. Hal ini karena, sel darah merah yang lebih cepat rusak dan berdampak mengurangi fungsi sel darah merah itu sendiri.
- Tes oximetri pulsa
Penyakit jantung bawaan pada bayi terjadi tanpa adanya gejala yang ditunjukan. Namun, penyakit jantung bawaan ini dapat menyebabkan kematian pada bayi. Oleh karena itu, tes oximetri pulsa ini dilakukan untuk memeriksa kadar oksigen dalam darah bayi. Karena, kadar oksigen yang rendah dalam darah bayi merupakan tanda penyakit jantung bawaan atau critical congenital heart defect (CCHD).
- Tes hipotiroid kongenital
Tes ini biasa dilakukan saat bayi berusia 48-72 jam. Tes ini dilakukan dengan memeriksa kadar hormon TSH yang bertujuan untuk mengetahui potensi gangguan pertumbuhan atau potensi keterbelakangan mental. Gangguan ini baru bisa dilihat saat anak berusia 1 tahun, itu sebabnya tes ini dianjurkan untuk dilakukan.
Skrining pada bayi yang baru lahir sebaiknya tidak dilewatkan, agar apabila ditemukan potensi penyakit atau gangguan dapat ditangani sedini mungkin.