Stres Dapat Mengganggu Fungsi Reproduksi

www.sehatfresh.com

SehatFresh.com – Stres bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan terjadi karena hal apapun, termasuk pekerjaan, masalah keuangan, masalah dengan pasangan maupun keluarga atau bahkan hanya karena hal ringan seperti kemacetan di jalan. Hal-hal kecil yang menurut anda mengganggu dan membuat tensi anda sedikit naik bisa saja membuat tubuh merasa stres.

Stres yang berlanjut dan terjadi secara terus menerus dapat menjadi pemicu masalah kesehatan di tubuh baik secara fisik maupun psikis. Selain itu, stress bahkan diketahui bisa memicu gangguan fungsi reproduksi.

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Kondisi emosional seperti stress dan bermuara pada otak yaitu aksi hipotalamus-hipofisis-adrenal (aksis HPA). Kemudian pada setiap anda merasa stress, kelenjar hipotalamus ini akan mengirimkan sinyal ke kelenjar pituitari. Kelenjar tersebut yang menunjukkan bahwa anda sedang stress dan butuh distraksi.

Kemudian hipofisis akan bereaksi dan mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon stres kortisol. Ketika hormon kortisol dikeluarkan dalam jumlah wajar maka akan membantu mengatur gula darah, namun jika dikeluarkan dalam jumlah banyak dalam waktu yang cukup lama, maka akan membahayakan kesehatan.

Hipotalamus dan hipofisis  tidak hanya mengatur hormon stres, keduanya juga mengatur sinyal hormon reproduksi. Hipotalamus melepaskan hormon GnRH. Lalu, hormon tersebut akan memberi sinyal kepada kelenjar hipofisis untuk melepaskan hormon perangsang folikel (FSH) dan Hormon Luteinizing (LH).

Hormon LH dan FSH ini sama sama merangsang pertumbuhan telur di ovarium wanita dan pertumbuhan sperma pada pria. Jadi jika HPA (hipotalamus-hipofisis-adrenalin) lebih banyak menangani stres, maka secara teori hal ini dapat mengubah cara kerja hormon reproduksi dan menyebabkan ketidaksuburan.

Tidak hanya pada wanita, hal ini juga dapat terjadi pada pria. Sebuah penelitian tahun 2002 menmukan bahwa infertilitas pria dipicu oleh stres dan depresi. Masalah tersebut dapat membuat disfungsi ereksi serta penurunan kualitas dan kuantitas sperma. Stress pada wanita juga dapat menghambat program kehamilan. Tingkat stres yang tinggi dapat mengacaukan proses ovulasi.

Hal ini karena terganggunya hormon reproduksi akibat stress. Stress dapat berkaitan dengan berkurangnya lendir dari serviks saat masa ovulasi, sehingga turut mempengaruhi proses pembuahan. Tingginya kadar hormon kortisol di dalam tubuh dapat memundurkan masa ovulasi. Sehingga membuat periode menstruasi maupun masa subur bisa saja maju atau mundur.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here