SehatFresh.com – Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang sering dikaitkan dengan masa pencarian jati diri. Pada masa ini remaja akan berada pada tahap eksplorasi terhadap lingkungan sekitar dengan tingkat lebih jauh dan kompleks juga memilikii rasa ingin tahu yang tinggi untuk kemudian menjadi pribadi yang dewasa.
Emosi pada remaja masih tergolong masa yang labil dan sering dipengaruhi mood yang rentan membuat depresi. Jika hal ini dibiarkan berlanjut tanpa adanya perhatian maka akan berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan.
Yang mengatur emosional pada manusia berada pada struktur otak limbik dan sistem logis berada di daerah frontal. Sistem otak limbik bertugas mengatur emosi, dorongan, penghargaan dan motivasi. Sistem frontal mengatur pengendalian keputusan, pengendalian impuls dan lain-lain.
Pada masa remaja, kedua sistem ini dipengaruhi oleh faktor hormonal dan tingkat kematangan otak. Sistem limbik akan dipengaruhi oleh hormon testosteron yang dapat mengakibatkan fungsi otak menjadi lebih labil. Sedangkan pada saat memasuki usia dewasa sistem otak limbik akan lebih berkorelasi dengan korteks prefrontal.
Lalu akan mengembangkan dan memperluas jalur komunikasi cepat ke sistem limbik, juga memperbaiki hal yang terkait emosi dan hasrat pada remaja sehingga dapat bersikap lebih matang dalam menghadapi banyak hal. Jadi jika terlalu emosional akan mengaburkan sikap rasional, dan jika kelewat “dingin” akan menghilangkan sisi peka. Ada beberapa alasan yang harus anda ketahui ketika membimbing seorang dalam masa remaja yang mudah emosional, berikut penjelasannya:
- Masa remaja merupakan masa pubertas, perubahan hormonal dan pertumbuhan yang cepat
Perubahan hormon dalam otak dan tubuh akan mengakibatkan remaja sulit mengendalikan kemarahan dan kesedihan yang muncul.
- Peran sosial yang membingungkan bagi remaja
Orang tua yang sering marah pada anak yang sedang beranjak dewasa seringkali membuat kesal, dan merasa emosi bagi remaja. Karena mereka merasa sedang dipaksa untuk bertanggung jawab atas diri dan perbuatannya, hal ini karena mereka belum merasa terbiasa dengan masa “peralihan” ini.
- Perjalanan menuju kemandirian
Selama masa remaja mereka tumbuh menjadi semakin mandiri dan jika diperlakukan seperti seorang anak mereka akan melihat kesalahan bermanifestasi menjadi penolakan untuk mendapat “kekuatan”. Mereka mencoba berbagai jati diri dan wajar jika semua percobaan jati diri ini gagal dan sering membuat marah.
- Pembullyan
Masa remaja sangat rentang terhadap pembulian. Diolok-olok dengan nama yang tidak disukai atau dijahili oleh teman sebaya yang menganggap dirinya kuat. Hal ini sering membuat pribadi yang dibully sangat emosional. Sebagai orang yang sudah dewasa perlu memberikan perhatian dan peduli untuk menghindari perilaku yang dapat membahayakan diri.
- Remaja terkadang tahu cara membuat dirinya bahagia
Terlepas dari sikapnya yang emosional, anda harus mengajak remaja untuk mengetahui dan memahami perubahan pada diri dan biasakan untuk menjadi lebih aware terhadap diri dan lingkungannya. Memberikan umpan balik ketika anak usia remaja sedang menyampaikan keluhan atau perasaanya seperti belajar dari pengalaman dan bersabar dalam menghadapi cobaan. (DKA)