SehatFresh.com – Usia yang matang untuk mengalami kehamilan adalah usia 20-30 tahun. Tapi, kehamilan bagi remaja putri di bawah usia 20 tahun sudah menjadi hal lumrah bagi sebagian masyarakat saat ini.
Banyak kasus kehamilan diusia remaja terjadi akibat pergaulan bebas. Dari sebagian besar kasus kehamilan remaja putri di luar ikatan pernikahan ini banyak sekali memakan korban. Entah kasus bunuh diri atau kasus percobaan pengguguran yang berujung pada kematian keduanya.
Tapi, tidak semua kehamilan remaja putri karena hamil di luar ikatan pernikahan. Tren menikah di usia yang masih muda juga sedang digandrungi oleh anak-anak muda saat ini. Menjadi orangtua muda menjadi hal yang diidamkan oleh mereka. Tanpa disadari, bahaya kehamilan pada usia remaja berisiko tinggi bagi calon ibu dan calon bayinya. Berikut merupakan bahaya kehamilan di usia remaja :
- Keguguran
Mengingat belum matangnya organ reproduksi pada remaja mengakibatkan tingkat keguguran yang lebih tinggi dibandingkan tingkat keguguran pada mereka yang berusia lebih dari 20 tahun. Selain karena belum matangnya organ reprodusi, keguguran yang dialami oleh remaja putri juga banyak yang di sengaja. Belum siap atau pergaulan yang membuat kehamilan itu tidak diinginkan.
- Dampak ekonomi
Kehamilan pada usia remaja yang belum matang sangat berpengaruh pada perekonomian keluarga. Terutama pada remaja putri yang berasal dari keluarga kurang mapan dalam ekonomi.
- Depresi
Ketidaksiapan mental untuk menjadi seorang ibu menjadi faktor utama depresi pasca melahirkan. Terlebih, kurangnya dukungan dari pasangan dan keluarga membuatnya merasa tidak sanggup untuk mengurus sang anak.
Dan bagi remaja putri yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan akan menjadi lebih sulit lagi. Mulai dari desakan pasangan untuk mengugurkan kandungan, hukuman sosial dari masyarakat dan kekecewaan yang harus diterima dari pihak keluarga.
- Pendarahan
Belum siapnya rahim remaja untuk mengandung membuat kontraksi yang dialami akan lebih parah. Rahim anak usia remaja juga masih kecil, sehingga sangat berpontensi mengalami pendarahan.
- Anemia
Calon ibu yang berusia remaja masih sering mementingkan ego, termasuk dalam hal makanan. Kurangnya asupan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia.
- Penyakit seksual
pada remaja yang sudah aktif dalam aktivitas seksual memiliki risiko besar memiliki penyakit seksual. Lagi-lagi karena organ reproduksi yang belum siap untuk aktivitas itu menyebabkan lapisan paling luar di alat kelamin (mukosa) lebih mudah terluka. Akibatnya bakteri lebih mudah masuk. Maka, remaja di bawah usia 20 tahun akan lebih beresiko terkena penyakit seksual, seperti hepatitis B dan HPV.
- Bayi prematur
Kehamilan calon ibu yang berusia di bawah 20 tahun akan menggangu perkembangan janin dan berisiko melahirkan bayi prematur. Selain terancam lahir prematur, bayi yang berasal dari ibu yang masih remaja juga terancam memiliki komplikasi, seperti gangguan pengelihatan, pernafasan dan pencernaan. Terutama pada bayi yang lahir sebelum 32 minggu.