Cara Atasi Kecemasan Gangguan Bigorexia

www.sehatfresh.com

SehatFresh.com – Obsesi mendapatkan tubuh berotot sering menimbulkan kecemasan dan depresi. Kondisi semacam itu dikenal sebagai muscle dysmorphia atau bigorexia. Kondisi ini bisa dialami oleh orang yang rajin nge-gym bukan semata ingin lebih sehat, melainkan karena ingin membentuk otot tubuhnya.

Namun kerap kali orang yang sudah berotot merasa masih kurang berotot, sehingga tak pernah melewatkan jadwal nge-gym. Jika sampai terlewat, perasaan bersalah akan mendera. Jika sampai pada kondisi seperti ini, keinginan punya tubuh berotot tidak lagi sehat.

Bigorexia dianggap sebagai kebalikan dari anoreksia. Penderita anoreksia berpikir mereka terlalu gemuk. Padahal, tubuh mereka sudah terlalu kurus. Sementara itu, penderita bigorexia justru berpikir bahwa tubuh mereka terlalu kecil dan lemah, meski pada kenyataannya mereka sudah berotot.

Sebagaimana dilansir Mail Online (20/9), bigorexia merupakan gangguan kecemasan yang dapat menyebabkan depresi dan bunuh diri. Para ahli mengatakan bahwa bigorexia bisa mempengaruhi pria dan wanita. Kadang-kadang, kondisi ini bisa membuat seseorang merasa sangat tertekan dan putus asa.

Untuk memastikan adanya bigorexia, dokter perlu melakukan wawancara mendalam dan observasi terhadap penderita. Dokter yang kompeten untuk memastikan dan mengobati bigorexia adalah dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater).

Beberapa pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya bigorexia:

  • Apakah Anda merasa bersalah jika tidak berolahraga?
  • Apakah Anda selalu mengusahakan makan protein dan lemak yang sehat setiap hari untuk membentuk otot?
  • Apakah Anda sering membandingkan bentuk tubuh Anda dengan orang lain?
  • Apakah Anda selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik saat berada di pusat kebugaran?

Jika semua pertanyaan di atas, dijawab dengan ya, maka kemungkinan seseorang mengalami bigorexia cukup besar. Namun, jangan khawatir bigorexia sangat bisa diobati. Dokter dapat mendiagnosis Anda dari riwayat medis dan pemeriksaan fisik atau merujuk ke ahlinya (psikiater, psikolog) untuk penilaian yang lebih baik. Terapi perilaku kognitif cukup efektif dan paling sering dijadikan rencana pengobatan bigorexia.

Pengobatan ini membutuhkan kerja sama yang baik antara psikiater dan penderita, serta membutuhkan keteraturan untuk melakukannya. Tambah lagi, dibutuhkan terapi selama beberapa bulan untuk mengubah pemikiran penderita untuk menjadi lebih rasional.

Selain itu, umumnya dibutuhkan pula obat anti-depresan untuk membantu mengatasi bigorexia. Studi membuktikan bahwa kombinasi antara terapi kognitif perilaku dan konsumsi obat antidepresan cukup efektif untuk mengontrol perilaku dan memperbaiki pemikiran serta persepsi penderita tentang tubuhnya. Sayangnya, hingga saat ini belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah bigorexia.

Bigorexia seringnya tidak disadari oleh si empunya tubuh sehingga mereka menghindari untuk membicarakan gejalanya. Tapi penting untuk segera berkonsultasi ke dokter begitu Anda menyadari gejala awalnya, baik pada diri sendiri maupun pada orang terdekat Anda. (SBA)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here