SehatFresh.com – Organ intim dalam dunia kesehatan dinamakan dengan organ reproduksi, organ reproduksi pada manusia dibedakan menjadi dua yakni organ reproduksi bagian luar dan dalam. Pria mempunyai organ reproduksi dalam yakni testis sebagai penghasil sel sperma, epididimis, uretra sebagai penyalur sperma dan ada organ bagian luar yakni skrotum dan penis. Sedangkan wanita mempunyai organ reproduksi dalam yakni ovarium yang berfungsi untuk pembuatan sel telur, selain itu ada saluran tuba fallopi, rahim dan vagina sebagai tempat disalurkannya sel sperma dan sebagai jalur keluarnya bayi serta organ reproduksi bagian luar ada labia mayora dan minora dan tidak ketinggalan ada vestibulum.
Kesehatan organ reproduksi tergantung bagaimana seseorang menjaga asupan makanan, cairan dan pola hidupnya. Seseorang yang lebih suka mengonsumsi makanan instan dan tidak higienis cenderung beresiko mengalami penyakit, tak terkecuali penyakit pada organ repsoduksi. Asupan cairan seseorang juga mempengaruhi kesehatan organ reproduksinya. Manusia pada dasarnya membutuhkan cairan yang cukup karena sebagian besar tubuh manusia diisi oleh cairan. Terhidrasinya tubuh dengan cukup maka akan berdampak baik pada tubuh, mulai dari sistem pencernaan, ginjal, syaraf dan metabolisme tubuh.
Metabolisme tubuh yang baik karena tercukupinya cairan membuat tiap lapisan mukosa lembab sebagaimana mestinya. Karena organ reproduksi wanita juga dilapisi oleh jaringan mukosa, maka organ reproduksi wanita juga perlu mendapat distribusi cairan yang cukup. Bagaimana nasib seseorang yang mengalami dehidrasi atau kurangnya asupan cairan dalam tubuh?
Seseorang yang mengalami dehidrasi tentu akan mempunyai masalah dalam sistem metabolisme tubuhnya. Masalah ini akan berdampak pada distribusi cairan ke organ-organ yang memiliki lapisan mukosa seperti organ reproduksi wanita yakni vagina.
Saat kekeringan melanda organ reproduksi, hal ini akan menimbulkan efek berbeda saat berada dalam posisi berhubungan suami istri. Efek yang paling dirasakan adalah rasa terbakar hingga nyeri saat berhubungan, selian itu organ intim menjadi gatal. Rasa terbakar yang dialami saat berhubungan seks membuat seseorang menjadi enggan untuk melakukannya lagi, bisa dibayangkan apabila berulang kali melakukan hubungan seksual dalam kondisi organ reproduksi kering. Sejumlah masalah lain akan muncul seperti infeksi dan peradangan. Sebagai akibat paling serius adalah munculnya penyakit menular seksual.
Selain kedua hal tersebut, menurut pendapat dalam International Menopause Society, faktor hormonal juga menjadi penentu dalam kesehatan organ reproduksi. Pada wanita, hormon estrogen berfungsi untuk memproduksi lendir yang membuat vagina tetap dalam kondisi lembab, akan tetapi apabila hormon estrogen mengalami penurunan saat masa menopause, maka berakibat pada dehidrasi organ vagina atau kekeringan. Hal ini juga mempunyai dampak yang sama saat melakukan hubungan seks yakni seperti rasa terbakar. Rasa terbakar merupakan interpretasi dari nyeri yang berat saat melakukan hubungan seks dalam kondisi keringnya vagina. (SPT)