SehatFresh.com – Kopi merupakan minuman yang bisa menjadi pendongkrak energi bagi pecintanya. Aroma dan rasanya yang khas membuat kopi jadi minuman favorit banyak orang. Ditambah lagi, menjamurnya kedai kopi yang menyediakan beragam sajian kopi juga menambah jumlah penggemar minuman ini. Tak hanya orang dewasa, tapi juga dari kalangan remaja.
Masalahnya tidak hanya kopi, kini remaja juga gemar konsumsi minuman berkafein lainnya, seperti minuman bersoda dan minuman berenergi. Persentase remaja mengonsumsi minuman berkafein telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Para ahli gizi merasa khawatir, tentang kebiasaan remaja mengonsumsi minuman berkafein. Tidak sedikit remaja masa kini yang menggantikan makanan dengan minuman berkafein tanpa menyadari kandungan kalori tinggi dalam minuman mereka.
Dalam delapan tahun terakhir, konsumsi kopi harian di kalangan 18-24 tahun naik dari 34 menjadi 48 persen. Angka itu naik dari 51 menjadi 60 persen di kalangan 25-39 tahun, menurut National Coffee Association. Sementara itu jumlah orang dewasa di atas 40 tahun yang minum kopi setiap hari justru menurun.
Mengapa generasi milenial begitu doyan kopi? Mungkin karena mereka minum kopi di usia yang lebih muda dari sebelumnya. Milenial yang lahir setelah 1995 mulai minum kopi di usia sekitar 14,7 tahun sementara milenial kelahiran 1982 mulai ngopi di usia 17,1.
Kafein adalah zat aktif yang bekerja merangsang saraf otak untuk membuat Anda lebih waspada dan sigap dengan melebarkan pembuluh darah. Kafein juga memicu tubuh mengeluarkan hormon adrenalin yang dapat menaikkan tekanan darah. Asupan kafein berlebihan bisa menimbulkan efek samping tertentu, bagi anak maupun orang dewasa. Beberapa di antaranya termasuk insomnia, merasa gelisah, lekas marah, detak jantung cepat, tremor otot, sakit perut, sakit kepala, sulit konsentrasi hingga peningkatan tekanan darah.
Kafein mendampak remaja dengan cara berbeda dengan orang dewasa. Kafein berlebih yang dikonsumsi remaja menyebabkan gangguan tidur yang berpengaruh pada kebugaran mental dan fisik, membuat tubuh kehilangan kalsium sampai gangguan jantung.
Reaksi tubuh remaja laki-laki terhadap efek kafein lebih besar dari apa yang ditunjukkan oleh remaja perempuan. Semakin banyak porsi kafein yang dikonsumsi, maka tekanan darah sistol (angka atas) meningkat dan denyut jantung menurun. Namun, hal ini hanya terjadi pada anak laki-laki yang sudah puber.
Efek kafein pada remaja perempuan lebih terlihat jelas pada siklus menstruasinya. Remaja perempuan yang mengonsumsi kafein selama masa penelitian tersebut mengalami penurunan denyut jantung setelah masa ovulasinya lewat, sementara tekanan darahnya justru meningkat drastis sebelum masa ovulasinya tiba. Perbedaan efek kafein pada remaja laki-laki puber juga terlihat pada respon fisiologisnya.
Remaja laki-laki yang berusia 12-17 tahun menunjukkan perilaku yang lebih mudah gelisah, lebih tergesa-gesa, dan lebih aktif daripada anak perempuan sepantaran yang juga mengonsumsi kafein dalam takaran sama. Performa olahraga remaja laki-laki pun dilaporkan lebih baik daripada ABG perempuan setelah sama-sama diberikan asupan kafein. (KKM).