SehatFresh.com – Merasa mudah sakit bisa saja anda mengalami gangguan defisiensi imun. Gangguan ini menyerang sistem kekebalan tubuh atau sistem imun yang menyebabkan imunitas tubuh menurun. Kondisi ini yang akan melemahkan sistem pertahanan tubuh sehigga mudah mengalami infeksi serta masalah kesehatan lainnya.
Sistem imun merupakan mekanisme pertahanan alami yang dimiliki tubuh. Sistem ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit. Interaksi yang rumit dari berbagai komponen di dalam sistem ini yang meliputi sel B dan sel T, akan menghasilkan respon imun.
Gangguan defisiensi imun dapat dibawa sejak lahir atau diperoleh. Gangguan imun yang dibawa sejak lahir disebut dengan defisiensi imun primer dan gangguan imun yang diperoleh sejak atau dialami dikemudian hari dalam hidup disebut defisiensi imun sekunder.
Gejala yang dapat ditimbulkan pada setiap orang mungkin saja berbeda, namun beberapa gejala berikut dapat mengindikasikan seseorang terkena defisiensi imun :
- Mengalami penyakit seperti pneumonia, bronkitis, infeksi sinus, meningitis atau infeksi pada kulit yang terjadi berulang.
- Muncul gangguan darah, misalnya trombosit yang rendah atau mengalami anemia.
- Gangguan antibiotik selama dua bulan atau lebih dan tidak menunjukkan reaksi apapun.
- Gangguan autoimun seperti lupus. Atau diabetes tipe 1.
Gangguan pada sistem imun memiliki faktor risiko yang menyebabkan melemahnya kekebalan tubuh. Faktor risiko yang diketahui adalah memiliki riwayat keluarga dengan gangguan defisiensi imun primer yang meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini. Adanya masalah genetik membuat tubuh akan memproduksi sel tubuh yang menyebabkan kecacatan sistem kekebalan tubuh.
Secara umum penyakit defisiensi imun ini akan memengaruhi aspek berikut :
- Kekurangan sel B (antibodi)
- Kekurangan sel T
- Kombinasi defisiensi sel B dan sel T
- Kerusakan fagosit (sel darah putih yang bertugas melawan infeksi)
- Kekurangan komplemen
- Tidak dikenal (idiopatik)
Umumnya jika seseorang dicurigai mengalami defisiensi imun maka akan dianjurkan untuk menjalani berbagai pemeriksaan mulai dari penelusuran riwayat penyakit seperti penyakit infeksi, adanya riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, dan tindakan penunjang pemeriksaan seperti cek laboratorium, radiologi dan lainnya.
Sistem imun terbuat dari jaringan limfoid pada tubuh, yang meliputi:
- Sumsum tulang
- Kelenjar limpa
- Bagian limpa dan saluran pencernaan
- Timus
- Amandel
Protein dan sel pada darah juga merupakan bagian dari sistem imun. Sistem imun membantu melindungi tubuh dari zat berbahaya antigen. Contoh dari antigen meliputi bakteri, virus, racun, sel kanker dan darah atau jaringan asing dari orang atau spesies lain. Dengan bertambahnya usia, sistem imun juga akan menjadi semakin kurang efektif. Jaringan sistem imun (terutama jaringan limfoid seperti timus) menyusut dan jumlah serta aktivitas sel darah putih menurun.
Saat sistem imun mendeteksi antigen, sistem akan merespons dengan menghasilkan protein yang disebut antibodi yang menghancurkan zat berbahaya. Respons sistem imun juga melibatkan proses fagositosis. Selama proses ini, sel-sel darah putih tertentu menelan dan menghancurkan bakteri dan zat asing lainnya. Protein komplemen membantu proses ini.
Gangguan defisiensi imun turunan yang menyerang sel B meliputi Agammaglobulinemia, yang menyebabkan infeksi parah secara dini, dan seringkali mematikan. Gangguan defisiensi imun turunan yang menyerang sel T biasanya menyebabkan infeksi Candida (jamur) berulang. Imunodefisiensi turunan yang dikombinasikan menyerang sel T dan sel B. Kondisi ini dapat mematikan dalam tahun pertama jika tidak ditangani secara dini.
Defisiensi Imun yang diperoleh mungkin merupakan komplikasi dari beberapa penyakit seperti HIV/AIDS dan malnutrisi (terutama jika orang tersebut tidak mendapatkan protein yang cukup). Orang yang pernah melakukan pengangkatan limpa memiliki defisiensi imun, dan berisiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi oleh bakteri tertentu, dimana limpa normalnya akan membantu melawan bakteri yang masuk kedalam tubuh. Orang dengan diabetes juga berisiko lebih tinggi untuk infeksi tertentu.