Kekerasan Verbal Bisa Pengaruhi Kecerdasan

www.sehatfresh.com

SehatFresh.com – Kekerasan yang dialami oleh remaja tidak selalu berputar tentang fisik, kekerasan tersebut dapat berupa verbal. Gawatnya, kekerasan verbal bisa mempengaruhi kecerdasan seorang remaja. Tak banyak orang tahu kalau verbal bullying atau penindasan yang dilakukan dengan kata-kata, pernyataan atau julukan tertentu ternyata memiliki efek yang lebih dahsyat dibandingkan dengan bullying yang dilakukan dengan kekerasan fisik.

Efeknya tidak ada mimisan, bengep, seperti intimidasi fisik, tapi nikam banget ke dalam jiwa, kena banget. Oleh sebab itu, biasanya tingkat bunuh diri paling banyak berasal dari cyber bullying dan verbal bullying. Verbal bullying memang dapat memengaruhi citra diri seseorang dan mempengaruhi emosi juga kondisi psikologis.

Intimidasi verbal juga dapat membuat percaya diri seseorang menurun bahkan sampai mengarah pada depresi. Dalam kondisi yang ekstrem, korban kekerasan verbal dapat melakukan bunuh diri. Ada banyak ragam kekerasan verbal, salah satunya menyematkan sebutan yang kurang enak didengar, misalnya si hitam, si jelek, si gendut atau si pendek.

Memberikan label tersebut, meskipun itu sesuai dengan kondisi fisik, bisa dibilang masuk dalam ranah kekerasan verbal. Tak jarang orangtua kerap melakukan hal ini kepada anak-anak. Menyebut mereka dengan label tertentu. Padahal ini termasuk jenis verbal bullying yang kerap tak disadari.

Kasandra menambahkan, perundungan memang tak bisa dihindari, namun juga tak bisa dimaklumi. Jangan pernah maklum dengan bullying, apalagi pasrah. Perundungan harus berhenti karena dampaknya negatif untuk anak. Psikolog klinis ini menjelaskan, kekerasan verbal bisa berpengaruh pada kinerja otak anak. Pasalnya, kekerasan verbal menghambat produksi mielin (mielinisasi).

Mielinisasi merupakan proses pelapisan lemak pada ujung saraf dimana hal ini mempengaruhi penyampaian pesan dari saraf ke otak. Proses ini berlangsung sejak anak dalam kandungan hingga lahir.

Anak yang sering dimarahi dan kerap mendapat kekerasan verbal baik sejak dalam kandungan hingga lahir ke dunia, mielinnya lebih sedikit. Riset menunjukkan ketika mielin berkurang, maka proses penyampaian pesan dari saraf ke otak terjadi lebih lambat. Anak jadi sulit menyerap pelajaran.

Jika anak telanjur mengalami kekerasan verbal, hal pertama yang harus dilakukan adalah perundungan selekasnya dihentikan.

“Tambahkan stimulasi untuk memulihkan rasa percaya diri anak. Selalu lakukan pendampingan, juga perbaiki cara pandangnya. Jangan sampai orangtua malah meremehkan anak yang mendapat perundungan dengan mengatakan, “Ah, kamu cuma digituin aja cengeng’. Itu bahaya. Itu sama dengan pembiaran yang membahayakan psikologis anak,” Kasandra mengingatkan. (SBA)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here