SehatFresh.com – Salah satu istilah yang sering kita dengar terkait narkoba adalah sakau. Sakau sering diartikan sebagai gejala putus obat. Kondisi ini seringkali dirasakan oleh para pecandu. Seperti apa tanda pecandu yang sakau?
Dalam konteks ini, sakau sabu adalah gejala tubuh yang terjadi akibat pemberhentian pemakaian sabu secara mendadak atau akibat penurunan dosis sabu secara drastis sekaligus. Gejala sakau sabu bisa sama kuatnya dengan saat kecanduan. Seperti jenis narkoba lainnya, pengguna narkoba jenis sabu akan mengalami dua tipe gejala: emosional dan fisik.
Orang yang sedang sakau akibat narkoba jenis sabu biasanya akan mengalami gejala emosional sebagai berikut:
- Depresi (umumnya kebal terhadap pengobatan terkait)
- Mood swing (mudah marah, perilaku berbahaya)
- Kesulitan berkonsentrasi
- Nafsu makan meninggi
- Ngidam sabu
- Paranoid
- Psikosis (cenderung skizofrenia)
- Halusinasi
- Kecemasan
- Gelisah
- Tidur terlalu lama dan sering serta sulit dibangunkan (siklus tidur terganggu)
- Menarik diri (isolasi)
- Emosi datar
- Miskin wawasan dan proses penilaian buruk
- Kecenderungan bunuh diri
Sementara itu, gejala fisik yang sering terjadi pada orang yang sakau sabu antara lain:
- Kulit pucat
- Penampilan fisik berantakan
- Pergerakan lambat
- Kontak mata yang buruk
- Badan terasa kaku dan ngilu
- Berbicara terlalu halus
- Sakit kepala
- Kelelahan ekstrem
Umumnya, gejala sakau narkoba jenis sabu dimulai dalam 1–2 hari setelah dosis terakhir, dan bertahan hingga tiga bulan. Lamanya proses gejala putus obat akan bervariasi tergantung seberapa banyak dan sering mereka menggunakan obat.
Saat pecandu berhenti menggunakan sabu, kadar dopamin dan reseptor dopamin yang tersedia dalam otak akan menurun drastis. Artinya, pecandu sabu yang mengalami gejala putus obat akan terjebak dalam keadaan anhedonia alias ketidakmampuan untuk merasakan kenikmatan.
Anhedonia akan membuat individu tersebut hidup bak zombie. Hal-hal umum yang bisa membuat seseorang merasa bahagia tidak akan berdampak apapun pada pengguna sabu yang sakau dan baru menjalani rehabilitasi. Dibutuhkan waktu setidaknya dua tahun untuk tetap bersih sampai fungsi dopamine yang telah rusak akibat sabu bisa kembali bekerja seperti sedia kala.
Kondisi anhedonia ini dapat menyebabkan mantan pengguna narkoba sabu yang masih bergelut dengan depresi untuk kembali kambuh. Dengan kata lain, mereka mengonsumsi sabu lagi. Hal ini karena kandungan kimia dalam sabu akan menyebabkan kembalinya lonjakan dopamin di otak. Lonjakan tersebut bisa membantu pengguna pulih dari hidup seperti mayat hidup.
Oleh sebab itu, pemeriksaan kepada dokter spesialis kejiwaan untuk masalah sakau ini diperlukan agar dokter dapat melakukan terapi rehabilitasi dengan baik dan benar. Namun, untuk menjalankan rehabilitasi ini sendiri membutuhkan tekad yang sangat kuat dari pecandu. (SBA)