SehatFresh.co – Prosedur tubektomi menjadi salah satu pilihan populer karena mampu mencegah kehamilan dengan tingkat keberhasilan sebesar 99%. Umumnya, prosedur ini dilakukan oleh wanita yang tidak ingin hamil.
Selain tujuan tersebut, beberapa fungsi dan manfaat antara lain adalah sebagai berikut:
- Hanya perlu sekali saja melakukan tubektomi dan hasilnya permanen.
- Dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
- Kemungkinan untuk gagal sangat kecil.
- Tidak mempengaruhi kerja hormon sehingga tak ada gangguan menstruasi atau gairah seks.
- Perlindungan kehamilan sangat tinggi.
- Tidak mengganggu kehidupan pasangan.
- Tidak mempengaruhi ASI.
- Lebih efektif karena tingkat keberhasilan tinggi.
- Tidak ada perubahan dalam fungsi generatif.
- Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
- Tidak memicu menopause.
Selain kelebihan, ada pula kelemahan dari prosedur tubektomi, seperti:
- Penggunaan anestesi bisa berdampak pada tubuh, terutama pada usus dan kandung kemih.
- Tidak dapat melindungi dari penyakit atau infeksi menular seksual, sehingga masih diperlukan alat kontrasepsi lain seperti kondom.
- Sulit untuk dilakukan penyambungan tuba kembali apabila wanita yang telah menjalani tubektomi ingin kembali hamil. Dengan kata lain, alat KB ini adalah jenis yang permanen sehingga akan cukup sulit untuk mengembalikan seperti semula.
- Tidak akan terjadi kehamilan berikutnya sehingga wanita bisa menyesal.
- Kemungkinan infeksi terjadi jika prosedur operasi tidak dilakukan dengan benar.
- Semakin muda usia seorang wanita melakukan tubektomi, maka semakin tinggi kemungkinan gagal.
- Rasa sakit dalam jangka pendek setelah perawatan medis.
- Biayanya relatif besar.
Di samping berbagai kelemahan di atas, ada beberapa kondisi dari wanita yang bisa meningkatkan risiko komplikasi setelah melakukan prosedur tubektomi yaitu obesitas, diabetes dan pernah melakukan operasi panggul atau perut. Jadi, jika calon pasien memiliki sejarah penyakit-penyakit tersebut, maka disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Pada dasarnya, tubektomi merupakan prosedur yang aman. Biasanya, waktu pemulihan yang dibutuhkan tak lebih dari seminggu. Namun, pada beberapa kasus yang sangat jarang terjadi, risiko dari tubektomi berupa kehamilan ektopik (di luar rahim). Kondisi ini terjadi bila operasi gagal.
Risiko lain yang mungkin ditimbulkan antara lain perdarahan, infeksi karena luka yang tidak sembuh secara sempurna, dan cedera pada bagian perut. Jadi, pertimbangkan dulu dengan masak, apakah tubektomi memang merupakan kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi fisik kita.
Meski begitu, kelemahan-kelemahan tersebut tak membuat sterilisasi hilang peminat. Sebelum dekade 1960-an, sterilisasi wanita di Amerika Serikat (AS) memang lazim diterapkan pada wanita yang terlalu tua atau berisiko memiliki anak.
Kini mereka yang berusia 15 sampai 44 tahun justru jamak mengandalkan sterilisasi sebagai kontrasepsi. Diperkirakan, terdapat 190 juta pasangan di seluruh dunia pada tahun 2000 memilih sterilisasi bedah sebagai metode pengendalian kelahiran. (SBA)