SehatFresh.com – Alergi makanan memprovokasi respon imun yang abnormal terhadap makanan tertentu di mana tubuh keliru mengenalinya sebagai zat berbahaya. Gejala-gejala awal seperti gatal-gatal, bengkak atau kesulitan bernapas biasanya muncul dalam 2 jam setelah zat penyebab alergi dari makanan tertentu masuk ke dalam tubuh.
Dalam beberapa kasus, ditemukan juga gejala alergi pada pencernaan seperti muntah atau diare yang kronis. Bayi yang memiliki atau berpotensi memiliki alergi terhadap makanan tertentu mungkin tidak akan menunjukkan reaksi alergi tertentu saat pertama kali mengonsumsinya, namun setelah beberapa kali mengonsumsi, baru menunjukkan gejala dan reaksinya. Lalu, makanan apa saja yang bisa memicu dan menjadi penyebab alergi pada anak?
1. Kacang tanah
Alergi kacang tanah merupakan jenis alergi makanan yang paling banyak dialami oleh anak-anak. Alergi jenis ini umumnya bersifat seumur hidup, namun pada 20% anak-anak penderita alergi dapat hilang seiring dengan bertambahnya usia.
Sebagian besar penderita alergi kacang tanah hanya mengalami reaksi alergi yang ringan seperti kemerahan pada kulit, gatal-gatal dan muntah. Namun, reaksi alergi dapat juga bersifat parah hingga menyebabkan anafilaksis yaitu reaksi alergi yang parah dan berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian.
2. Makanan laut
Alergi makanan laut disebabkan pada umumnya oleh golongan crustacean misalnya udang dan kepiting, dan molluscs seperti kerang. Walaupun alergi makanan laut lebih sering dikategorisasikan sebagai alergi pada orang dewasa, alergi ini juga dapat dijumpai pada anak-anak. Alergi ini umumnya bersifat seumur hidup. Reaksi alergi makanan laut dapat bervariasi mulai rasa mual, diare, kram perut, gangguan pernapasan, gatal dan bengkak, hingga anafilaksis.
3. Telur
Telur juga merupakan makanan penyebab alergi yang sangat umum pada anak-anak dan biasanya berlanjut hingga dewasa. Sebagian mengalami alergi terhadap semua jenis telur baik telur matang maupun mentah, namun ada juga yang hanya mengalami alergi terhadap telur mentah. Sebagian besar anak akan sembuh dari alergi ini pada usia 5 tahun. Walaupun reaksi alergi telur biasanya hanya muncul di kulit, alergi ini juga dapat menyebabkan anafilaksis.
4. Susu
Casein dan whey merupakan dua komponen protein utama pada susu. Penderita alergi susu dapat mengalami reaksi alergi terhadap kedua jenis protein tersebut. Meski demikian, alergi ini umumnya hilang dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia. Ada beberapa reaksi yang dapat langsung terjadi setelah mengonsumsi susu seperti napas berbunyi, muntah dan gatal. Namun, ada juga yang baru muncul beberapa jam setelahnya misalnya diare, kram perut, batuk, mata berair, gatal dan ruam kulit.
5. Gandum
Alergi gandum disebabkan oleh protein yang terkandung di dalam gandum, di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap komponen protein tersebut. Alergi karena jenis makanan yang mengandung gandum seperti roti atau sereal, dapat mengakibatkan berbagai gejala alergi seperti gatal-gatal, sesak napas dan mual, termasuk reaksi alergi fatal yang disebut anafilaksis.
Bagi bayi dengan alergi gandum, sebaiknya hindari makanan yang mengandung gluten dan semolina. Alergi gandum umumnya dialami oleh anak-anak dan biasanya akan hilang seiring dengan bertambahnya usia.
6. Kacang kedelai
Alergi kacang kedelai umumnya dialami anak kecil, dan dapat hilang seiring dengan pertambahan usia. Reaksi yang terjadi dapat bervariasi mulai dari gangguan pada kulit, sistem pernapasan, hingga sistem pencernaan. Untuk itu, hindari produk makanan seperti tempe, tahu, ataupun susu kacang apabila anak Anda menderita alergi kacang kedelai.
Apabila anak mengalami gangguan setelah mengonsumsi makanan tertentu, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab gangguan yang sebenarnya dan cara penanganan yang tepat. Pahami jenis alergi yang dideritanya dan hindari bahan makanan penyebab alergi tersebut.
Sajikan menu makan yang bervariasi agar kebutuhan vitamin dan zat-zat penting untuk pertumbuhan anak dapat tercukupi dengan baik. Pantau juga perkembangan alergi melalui konsultasi dengan dokter secara rutin untuk mengetahui sejauh mana perkembangan alergi yang diderita anak.