SehatFresh.com – Kehamilan merupakan suatu hasil konsepsi bertemunya antara sel telur dan sperma dalam tuba falopi serta tumbuh dan berkembang selama 37 – 42 minggu (aterm) di dalam rahim. Kehamilan dapat terjadi secara tunggal atau kembar. Akan tetapi ada sebuah kasus dimana terjadinya kehamilan yang disebut superfetasi.
Superfetasi adalah suatu peristiwa langka dimana terbentuknya janin dalam rahim seorang wanita yang telah mengandung janin lain dari pembuahan yang lebih dulu. Hal ini mengakibatkan wanita tersebut mengandung dua janin dan tidak kembar dengan usia kehamilan yang berbeda.
Kehamilan kembar akan terjadi dimana sel telur yang sudah dibuahi oleh sel sperma akan membelah dan menjadi dua atau lebih janin terpisah atau dua sel telur atau lebih yang berbeda akandibuahi oleh dua sel sperma pada saat bersamaan. Kedua bayi tersebut sudah pasti sama karena berasal dari siklus menstruasi yang sama pula.
Sedangkan pada kasus kehamilan superfetasi maka kedua janin berasal dari sel telur dan pembuahan yang berbeda yang mengakibatkan kedua janin tersebut akan berbeda pula. Pada umumnya usia janin tersebut akan terpaut beberapa hari atau beberapa minggu.
Kasus kehamilan superfetasi pertama kali ditemukan pada tahun 1960 dan sering terjadi pada spesien hewan seperti domba, kelinci, kuda, dan tikut. Akan tetapi kasus kehamilan superfetasi yang terjadi pada manusia tercatat dan terbukti secara medis berjumlah kuran dari sepuluh. Sehingga kondisi ini sangat langka sekali terjadi pada manusia.
Kasus kehamilan superfetasi pernah terjadi pada pasangan suami istri di Arkansas Amerika Serikat. Menurut hasil pemeriksaan dokter yang menyatakan jika istrinya tengah mengandung usia janin berusia dua setengah minggu ketika dokter menyadaribahwa dirahimnya terdapat satu janin lagi yang baru terbentuk. Kasus kehamilan superfetasi pernah terjadi dimana dokter menyatakan bahwa istrinya tengah mengandung janin berusia sepuluh hari dalam kondisi wanita tersebut telah hamil.
Lantas bagaimana kehamilan tersebut bisa terjadi?
Setelah pembuahan terjadi dalam rahim wanita maka hormon dalam tubuh wanita tersebut seharunya menghentikan proses ovulasi sehingga sel telur tidak akan dihasilkan sampai sembilan bulan atau proses persalinan terjadi. Akan tetapi pada kasus kehamilan superfetasi seorang wanita yang sedang hamil masih mengalami proses ovulasi sehingga pada saat masanya sel telur dilepaskan oleh indung telur kemudian melakukan hubungan intim dan bertemunya sel sperma maka akan terjadi pembuahan berikutnya.
Menurut dokter ahli kandungan yang bernama dr Jeffrey kuller menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada penelitian lebih lanjut atau teori yang berhasil menjawab bagaimana seorang wanita bisa berovulasi kembali saat dalam kondisi hamil. Untuk mencegah terjadinya kehamilan superfetasi maka anda dapat melakukannya dengan tidak melakukan hubungan seks selama masa kehamilan atau melakukan hubungan seks dengan melakukan coitus interuptus.
Kehamilan superfetasi akan beresiko tinggi menyebabkan kehamilan prematur dan usia kehamilan kedua janin akan berbeda. Kehamilan prematur akan beresiko tinggi bayi mengalami kesulitan bernafas, BBLR, masalah pergerakan dan koordinasi, perdarahan di otak. (KMY)