SehatFresh.com – Banyak pasangan umumnya merasa khawatir melakukan hubungan seks selama kehamilan. Ketika hamil, banyak yang berkata bahwa Anda dilarang untuk bercinta. Hal inilah yang kemudian membuat banyak mitos tentang bercinta dan kehamilan tersebar di masyarakat.
Perlu diingat, tidak semua pantangan yang diberitahukan kepada Anda itu benar secara medis. Kebanyakan malah berdasarkan mitos, yang belum tentu kebenarannya. Berikut akan mengulas mitos dan fakta berhubungan intim saat hamil yang masih dipercayai banyak ibu hamil:
Mitos: Jangan melakukan seks pada trimester pertama karena rentan keguguran.
Fakta: Seks boleh dilakukan pada usia kehamilan berapapun. Namun ada beberapa kondisi, dimana Anda sebaiknya menghindari seks, yaitu saat ibu hamil mengeluarkan flek atau bercak darah, ada riwayat melahirkan prematur, pecah ketuban, atau saat plasenta berada di rahim bagian bawah.
Mitos: Kehamilan menurunkan gairah seksual.
Fakta: Gairah seksual ibu hamil berbeda-beda pada setiap waktu, jadi tidak bisa disamaratakan bahwa kehamilan dapat menurunkan gairah seksual. Sah-sah saja kalau Anda tetap merasa bergairah saat hamil. Saat trimester pertama, banyak wanita yang merasa mual, kelelahan dan tidak mood.
Kondisi tersebut yang terkadang membuat wanita tidak ingin melakukan hubungan intim dengan pasangan. Sementara trimester kedua bisa dikatakan sebagai saat yang tepat untuk melakukan hubungan intim saat hamil. Pasalnya, gejala morning sickness (mual dan muntah) umumnya sudah hilang.
Karena itulah gairah seksual ibu hamil biasanya meningkat di trimester kedua, sehingga seks akan terasa lebih nikmat dan memuaskan bagi ibu hamil. Pada trimester akhir, beberapa ibu hamil merasa tidak bergairah. Ini mungkin disebabkan karena berat badan naik, sakit punggung, dan kelelahan. Akan tetapi, sekali lagi ini bisa berbeda-beda pada setiap orang.
Mitos: Hubungan seks saat hamil menyebabkan infeksi.
Fakta: Selama tidak menggunakan kondom, berhubungan intim memiliki risiko penularan infeksi, entah Anda sedang dalam keadaan hamil maupun tidak. Oleh karena itu, sebelum melakukan hubungan seks, sebaiknya pastikan suami Anda tidak memiliki penyakit menular seksual, seperti gonore, sifilis atau bahkan HIV/AIDS. Selalu cermati alat kelaminnya tidak ada luka dan tidak mengeluarkan kencing nanah. Jadi harus dipastikan betul, suami tidak sedang dalam kondisi terinfeksi.
Jika suami mengidap penyakit menular seksual, maka risikonya sangat berbahaya, penyakit dapat menular ke Anda. Dan yang berpengaruh ke ibu, pada akhirnya akan berpengaruh ke bayi. Dengan adanya infeksi, sang ibu jadi berisiko mengalami kontraksi, sehingga meningkatkan risiko keguguran atau lahir prematur. Dan hal itu menyebabkan bayi berisiko memiliki berat badan kecil saat dilahirkan, atau terjadi kecacatan pertumbuhan.
Mitos: Seks akan menyakiti janin.
Fakta: Di dalam rahim, janin dilindungi oleh air ketuban. Sumbatan lendir yang terdapat pada mulut rahim juga dapat melindungi bayi dari dunia luar. Jadi, hubungan seks tidak akan menggeser atau mengubah posisi bayi sehingga tidak akan menyakiti atau membahayakan janin selama dilakukan dalam batas normal.
Mitos: Tidak boleh melakukan seks oral saat hamil.
Fakta: Mitos ini tidak sepenuhnya benar. Sebenarnya, selama pasangan Anda tidak meniupkan udara ke area genital Anda, melakukan oral seks saat hamil boleh-boleh saja dan dapat dikatakan aman. Meniupkan udara ke dalam vagina dapat menyebabkan emboli udara, yaitu gelembung udara yang masuk ke dalam aliran darah dan menghambat pembuluh darah. Meskipun hal ini sangat jarang terjadi, tetapi risiko emboli udara lebih tinggi pada wanita hamil karena pembuluh darah di panggul melebar. (KKM)