Pengaruh Penis Disunat atau Tidak Disunat Terhadap Seks

www.sehatfresh.com

SehatFresh.com – Sunat adalah masalah kesehatan seksual yang masih menjadi perdebatan hangat, baik di kalangan medis atau pun di publik. Apalagi bila dikaitkan dengan kehidupan seksual. Pertanyaan yang sering terlontar adalah apakah prosedur sunat berdampak negatif pada kehidupan seks seperti yang dikhawatirkan pria?

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan, begitu banyak manfaat yang diperoleh dari sunat ketimbang risiko. Sunat, misalnya, merupakan salah satu cara pencegahan dalam penularan AIDS (melalui aktivitas seks).

Sunat dapat digambarkan sebagai pengangkatan kulit kulup penis, alias preputium. Sunat biasanya tidak diwajibkan secara medis, namun dapat dilakukan untuk berbagai alasan, seperti tradisi budaya, keyakinan agama atau kebersihan pribadi.

Satu-satunya perbedaan antara penis yang disunat dan tidak adalah, penis yang tidak disunat masih memiliki kulup yang menempel di ujung kepala penis, sedangkan yang disunat tidak. Selain itu tidak ada lagi karakteristik fisik spesifik yang membedakan keduanya.

Kulup berfungsi melindungi kepala penis dari abrasi dan kontak langsung dengan pakaian. Kulup juga bisa meningkatkan rangsangan seksual dengan menggeser atas dan bawah pada batang, merangsang kelenjar dengan bergantian menutup dan mengeksposnya. Hal ini dapat terjadi selama hubungan seksual.

Kulit kulup akan mengerut mundur saat mendapat ereksi. Keberadaannya tidak akan membawa pengaruh besar pada gairah seks Anda dan pasangan, walaupun dengan adanya kulup ini gesekan bisa diminimalisir dan pelumasan tambahan tidak diperlukan. Hal ini karena berkat kehadiran smegma, sekresi cairan yang berada di balik kulit kulup.

Sementara itu, penis yang disunat berarti sudah tidak memiliki kulup. Kulit kepala penis–yang biasanya lembab karena selaput lendir menjadi kering dan semakin menebal sebagai reaksi dari gesekan terus-menerus. Bagian paling sensitif dari penis sekarang adalah bekas luka sunat. Perubahan ini bisa mengakibatkan sensitivitas menurun selama hubungan seksual, terutama dari “reseptor saraf sentuhan,” yang sangat responsif terhadap sentuhan ringan.

Namun, para pakar berargumen bahwa sentuhan ringan tidak harus menjadi satu-satunya jenis rangsangan yang dibutuhkan saat berhubungan seks. “Selama hubungan seksual, seseorang cenderung tidak menggunakan sentuhan ringan, sentuhan justru lebih dalam dan bagian yang berbeda dari tubuh menjadi sensitif dengan cara yang berbeda,” kata Debby Herbenick, Ph.D.

Selain itu, berkat insensitivitas dari penebalan kulit kepala penis setelah sunat, Anda mungkin akan dapat menunda orgasme. Dari sisi kebersihan, penis yang tidak disunat masih memiliki smegma yang memungkinkan kulup untuk bergerak membuka dan menutupi puncak kepala penis dengan mudah.

Ketika kepala penis tidak rutin dibersihkan, cairan ini menumpuk bersama sel kulit mati, bakteri, kuman, kadang juga pasir dan kotoran sehingga memproduksi bau tidak sedap dan bisa mengiritasi kulit. Akibat lainnya adalah menyebabkan peradangan hingga menularkan setiap infeksi yang mereka miliki, termasuk infeksi ragi, infeksi saluran kencing (ISK) dan penyakit kelamin.

Kesimpulannya, tidak ada perbedaan signifikan–setidaknya melalui penelitian–antara kenikmatan bercinta pada pria yang disunat dan tidak. Kenikmatan bercinta ini merujuk baik bagi pria itu sendiri maupun wanita pasangannya. (SBA)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here