Penyebab Gangguan Bigorexia dan Gejalanya

www.sehatfresh.com

SehatFresh.com – Sebagian pria menganggap gym sudah seperti rumah kedua. Mereka pergi ke gym untuk menjaga kebugaran. Selain kebugaran, sebagian lagi juga ingin membentuk dada bidang atau membuat perut sixpack atau tubuh ideal. Tidak ada yang salah dengan berolahraga, namun jika obsesi ini terus menggerogoti jiwa sampai-sampai merasa diri tidak akan pernah cukup “jantan”, maka bisa jadi adalah bigorexia.

Bigorexia adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan pemikiran obsesif (tidak henti-hentinya memikirkan dan mengkhawatirkan) tentang kekurangan fisik dan penampilan tubuh. Kecemasan berlanjut ini kemudian membuat Anda terus-terusan membandingkan kondisi fisik, terutama massa otot Anda dengan orang lain.

Tidak mengherankan pula bila Anda menghabiskan banyak waktu berkaca di depan cermin mengamati bentuk tubuh yang Anda pikir tidak pernah cukup bagus. Gangguan kecemasan ini pada akhirnya bisa menyebabkan Anda jadi menghalalkan berbagai cara demi memiliki tubuh berotot, seperti diet ekstrem.

Penyebab bigorexia tidak diketahui pasti. Tetapi, faktor biologis dan lingkungan tertentu dapat berkontribusi untuk memicu timbulnya gejala, termasuk kecenderungan genetik, faktor neurobiologis seperti gangguan fungsi serotonin di otak, ciri-ciri kepribadian, pengaruh sosial media dan keluarga hingga teman serta budaya dan pengalaman hidup. Tambah pula, faktor seperti genetik dan ketidakseimbangan neurotransmitter kimia di otak juga bisa berpengaruh.

Pengalaman traumatis atau konflik emosional selama masa kecil serta tingkat kepercayaan diri yang rendah juga dapat meningkatkan risiko Anda mengalami bigorexia. Selain itu, adanya kekerasan yang dialami saat anak-anak juga menyebabkan seseorang lebih rentan mengalami bigorexia.

Penderita bigorexia memiliki pemikiran yang terfokus pada masalah otot dan kekekaran tubuh. Sekali pun tubuhnya sudah berotot, ia tetap tidak puas terhadap penampilan tubuhnya. Gejala yang dapat tampak antara lain adalah:

  • Melakukan aktivitas olahraga yang berlebihan atau ekstrem
  • Terobsesi untuk mempunyai tubuh kekar, padahal tubuhnya sudah cukup berotot
  • Sering bercermin atau justru sangat menghindari bercermin
  • Menggunakan suplemen secara berlebihan
  • Merasa bersalah bila tidak berolahraga

Untuk memastikan adanya bigorexia, dokter perlu melakukan wawancara mendalam dan observasi terhadap penderita. Dokter yang kompeten untuk memastikan dan mengobati bigorexia adalah dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater).

Beberapa pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya bigorexia:

  • Apakah Anda merasa bersalah jika tidak berolahraga?
  • Apakah Anda selalu mengusahakan makan protein dan lemak yang sehat setiap hari untuk membentuk otot?
  • Apakah Anda sering membandingkan bentuk tubuh Anda dengan orang lain?
  • Apakah Anda selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik saat berada di pusat kebugaran?

Jika semua pertanyaan di atas, dijawab dengan ya, maka kemungkinan Anda mengalami bigorexia dikategorikan cukup besar. (SBA)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here