SehatFresh.com – Pubertas merupakan periode terjadinya perubahan-perubahan dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Usia anak mengalami pubertas bervariasi pada setiap individu. Hal ini terjadi lebih awal atau justru sebaliknya. Biasanya dimulai antara usia 7-13 tahun untuk perempuan, dan antara usia 9-15 tahun untuk laki-laki.
Pada anak perempuan, payudara akan berkembang dan membesar serta tumbuh rambut-rambut halus di daerah tertentu serta mengalami menstruasi. Sedangkan pada anak laki-laki, akan terlihat pertumbuhan rambut halus di daerah wajahnya, tumbuh jakun di lehernya, serta berkembang dan membesarnya penis. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada karena hormone seks, hormone testosteron pada laki-laki dan hormone esterogen pada perempuan.
Jika anak tidak mengalami perubahan saat umur anak seharusnya memasuki usia puber, hal tersebut menandakan keterlambatan masa pubertas. Riset yang dilakukan Lucile Packard Children Hospital di Amerika Serikat, melaporkan bahwa gejala tertundanya pubertas pada anak perempuan adalah tidak berkembangnya payudara walaupun telah berusia 13 tahun, menstruasi baru terjadi setelah 5 tahun semenjak pertumbuhan payudara, rambut kemaluan tidak kunjung tumbuh pada usia 14 tahun, dan tidak mendapat menstruasi hingga usia 16 tahun. Sedangkan pada anak laki-laki, gejala tertundanya pubertas ditandai dengan kurangnya pembesaran testis pada usia 14 tahun, rambut kemaluan yang sedikit dan tipis pada usia 15 tahun, dan membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun untuk terjadinya perubahan fisik.
Lantas, apa yang menjadi penyebab hal tersebut terjadi?
- Kondisi fisik
Pubertas tertunda juga dapat disebabkan oleh kondisi fisik yang mencakup kekurangan gizi, penyakit kronis seperti diabetes, efek samping obat, infeksi dan trauma pada ovarium dan testis. Penderita diabetes, gangguan ginjal, dan asma memiliki risiko kesulitan perkembangan fisik yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya. - Gangguan kromosom
Masalah kromosom juga berpengaruh terhadap periode pubertas. Masalah kromosom berkaitan dengan produksi hormon seks sehingga mengakibatkan terlambatnya perkembangan seksual anak. Salah satu contoh akibat hilangnya salah satu kromosom adalah gangguan genetik yang disebut sindrom turner, di mana penderitanya tidak memiliki cukup kromosom X untuk memaksimalkan fungsi kelenjar kelamin. - Masalah pada ovarium atau testis
Masalah pada ovarium atau testis juga bisa menjadi penyebab terlambatnya pubertas seorang anak. Dalam hal ini, ovarium atau testis tidak dapat membuat hormon pubertas meski otak telah terus menerus mengirim sinyal ke indung telur dan testis. - Masalah pada kelenjar hipofisis
The Children’s Memorial Hospital melaporkan bahwa baik anak laki-laki dan anak perempuan yang tidak terlambat mengalami pubertas mungkin memiliki masalah pada kelanjar hipofisis. Hal ini membuat otak tidak mampu melepaskan hormon yang diperlukan untuk memulai pubertas. Ovarium dan testis mungkin dapat bekerja secara normal, tetapi tidak pernah menerima sinyal dari otak untuk mulai membuat hormon pubertas. - Constitutional Growth Delay (CGD)
The Children’s Hospital Boston menyebutkan bahwa sekitar 60 persen dari anak laki-laki yang mengalami keterlambatan pubertas disebabkan oleh Constitutional Growth Delay (CGD), yaitu penundaan pertumbuhan tulang sementara. Anak dengan kondisi ini cenderung mengalami pubertas yang lebih lambat dibanding teman sebayanya.
Sumber gambar : meetdoctor.com