SehatFresh.com – Selama kehamilan, janin hidup dalam air ketuban yang terbungkus oleh kantung ketuban. Fungsi cairan ketuban antara lain sebagai pelindung janin dari benturan, dan mencegah tali pusat dari kekeringan yang dapat menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin. Ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim yang diproduksi sel–sel trofoblas.
Cairan ini merupakan sumber makanan janin dalam kandungan. Sejak berusia 12 minggu, janin mulai meminum air ketuban dan mengeluarkannya melalui air seni. Cairan tersebut berada dalam kantung, yang disebut kantung ketuban. Ketika seorang ibu hendak melahirkan, ketuban akan pecah. Hal tersebut merupakan suatu pertanda bahwa bayi telah siap dilahirkan.
Dinding kantung ketuban tidak berisi pembuluh darah sehingga tidak ada perdarahan ketika pecah. Ketika usia kehamilan semakin tua, dinding ketuban semakin tipis namun masih cukup kuat menahan tekanan yang semakin besar seiring pertumbuhan janin, sampai saat waktu persalinan. Bahkan ada dinding ketuban yang harus dipecahkan dokter bila saat persalinan ketuban belum pecah.
Ketuban akan mulai pecah ketika usia kehamilan sudah 37 minggu. Namun beberapa kejadian, ada yang mengalami pecah ketuban saat usia kehamilan belum mencapai 37 minggu. Kondisi ini dikenal dengan KPD (Ketuban Pecah Dini).
Mengapa ketuban bisa pecah sebelum waktunya? Penyebab pasti terjadinya KPD masih belum diketahui secara jelas. Namun, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan ketuban pecah sebelum waktunya, diantaranya:
- lnfeksi
Sebagian besar kasus KPD berkaitan dengan infeksi (sampai 65%). Infeksi yang berawal dari kemaluan bisa menjalar ke mulut rahim, leher rahim, dan dinding ketuban. Dinding ketuban paling bawah merupakan bagian yang paling rentan karena mendapat tekanan dari bobot janin yang dikandung.
- Gangguan pada serviks
Gangguan pada leher rahim dapat membuat dinding ketuban paling bawah mendapatkan tekanan yang semakin tinggi.
- Posisi plasenta di bawah
Posisi plasenta yang baik adalah di sebelah atas agak ke kiri atau sedikit ke kanan.
- Tindakan invasif
Tindakan invasif ke dalam rahim karena pemeriksaan medis atau upaya pengguguran dapat menjadi penyebab pecahnya ketuban sebelum waktunya.
- Tekanan di dalam rahim
Tekanan di dalam rahim akan meningkat ketika cairan ketuban berlebihan, kehamilan kembar, janin yang besar, atau adanya kelainan anatomis pada janin. Hal tersebut dapat memicu terjadinya ketuban pecah dini.
Gejala yang paling umum dari ketuban pecah dini adalah kebocoran cairan dari area kewanitaan dan tidak menimbulkan rasa sakit sebelumnya. Cairan ketuban berwarna putih agak keruh, mirip air kelapa muda karena bercampur dengan lanugo atau rambut halus pada janin dan mengandung verniks caseosa (lemak pada kulit bayi).
Jika Anda mengalaminya, sebaiknya segera cari pertolongan. Semakin cepat ditangani, semakin kecil risiko terjadinya komplikasi, seperti infeksi kuman dari luar, persalinan prematur atau kurang bulan, gangguan peredaran darah atau tali pusat yang bisa menyebabkan kondisi gawat janin dan kematian janin akibat tali pusat yang tertekan.
Pada sebagian besar kasus ketuban pecah dini, dokter akan meminta ibu beristirahat total. Dokter juga akan memberikan obat untuk mencegah kontraksi sehingga janin bisa dipertahankan selama mungkin dalam rahim sampai menjelang waktu persalinan. Janin akan diusahakan untuk bertahan sampai minimal 36 minggu kehamilan dan diharapkan janin sudah siap bila terpaksa harus dilahirkan. Kehamilan dengan ketuban pecah dini biasanya berujung kepada persalinan melalui operasi cesar.