SehatFresh.com – Ada berbagai macam gangguan tidur, seperti seksomnia. Seksomnia bisa dialami oleh pria maupun wanita. Di antara keduanya, siapa yang paling banyak mengalaminya? Ann Marie Chung dari Sleep Research Unit pada Universitas Kesehatan Toronto menggambarkan seksomnia sebagai adegan penuh gairah dalam kondisi tidur lelap.
Tapi, tak sebatas pada kegiatan seks saat tidur, melainkan juga bisa berupa masturbasi dan mimpi basah. Hampir sama seperti berjalan sleep walking, seksomnia juga dianggap sebagai parasomnia, suatu kelainan yang disebabkan otak tidak dapat membedakan saat tidur maupun terjaga.
Seksomnia mencuri perhatian media belum lama ini setelah kasus unik yang dialami oleh pria asal Denmark. Pria ini dibebaskan dari tuduhan perkosaan terhadap dua gadis remaja oleh hakim pengadilan karena terbukti menderita gangguan tidur jenis seksomnia.
Studi para ahli pada 2010 melakukan analisa terhadap 832 pasien yang menderita gangguan tidur. Ternyata 7,6% di antaranya menderita seksomnia. Temuan ini juga menyimpulkan bahwa seksomnia lebih banyak dialami oleh pria dibandingkan wanita.
Para ahli gangguan tidur dan seksolog sejauh ini masih belum dapat memastikan apa yang sebenarnya penyebab dari gangguan ini. Namun ada faktor pemicu yang memperbesar risiko dari mengalami gangguan ini, seperti stres, alkohol, penggunaan narkoba, dan kurang tidur. Mereka yang mengalami gangguan tidur lain seperti sleep walking, lebih rentan juga menderita gangguan ini.
Pada pertengahan tahun 1990-an, para peneliti pun mulai menganalisa kelainan perilaku saat tidur ini untuk mencari tahu informasi lebih banyak mengenai seksomnia. Para peneliti menemukan bahwa para penderita seksomnia tampaknya mengalami suatu interupsi saat berpindah dari satu fase tidur ke fase tidur lainnya. Di saat interupsi inilah berbagai aktivitas seksual pun terjadi pada para penderita.
Karena telah ditemukan adanya suatu bukti ilmiah, maka seksomnia sekarang ini telah dimasukkan ke dalam gangguan kesehatan (fisik) dan bukan hanya suatu gangguan psikologis.
Sayangnya, banyak dari penderita seksomnia tidak menyadari mereka menderita kelainan ini sehingga pengobatan pun menjadi tertunda. Seksomnia sendiri sebenarnya dapat diobati. Sebagian besar penderita memberikan respon positif terhadap pemberian benzodiazepin.
Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa seksomnia akan memburuk saat penderita mengkonsumsi minuman beralkohol, kurang tidur, kelelahan dan sedang stress.
Pada sejumlah penderita, seksomnia tidak selalu terjadi setiap kali mereka tidur dan tidak berbahaya. Akan tetapi, pada sejumlah penderita lainnya, seksomnia ini cukup mengganggu, bahkan dapat menimbulkan berbagai tindakan kekerasan.
Oleh karena itu, para penderita sangat dianjurkan untuk mencari pertolongan medis agar tidak berbuat hal yang berbahaya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang-orang lain di sekitarnya. (SBA)