SehatFresh.com – Berkomunikasi dengan anak-anak memang tidaklah mudah jika dibandingkan ketika berkomunikasi dengan teman sebaya ataupun orang dewasa. Orangtua sering mengalami kebuntuan ketika berkomunikasi dengan anak. Ketika anak sedang menunjukkan perilaku maupun sikap yang tidak seperti biasanya (misal marah, takut, mogok makan maupun mogok untuk bersekolah) orangtua merasa bingung untuk berkomunikasi dengan mereka.
Komunikasi akan efektif dan efisien jika kedua belah pihak menunjukkan perhatian penuh terhadap lawan bicara. Perhatian yang penuh ini dapat diartikan sebagai bentuk bahwa orangtua mendengarkan apa yang diungkapkan anak (kaitannya dengan komunikasi orangtua dan anak). Anak akan merasa senang dan dihargai jika apa yang diungkapkan tersebut didengarkan oleh orangtuanya.
Kerap kali kita salah mengartikan bentuk komunikasi pada anak karena kita tidak terbiasa mengikuti bahasa anak-anak. Sebagai orang tua yang baik, untuk membangun komunikasi efektif dengan anaknya sebaiknya menghindari hal-hal atau kalimat berikut ini:
- Membuat janji yang tidak bisa ditepati, hal ini dapat mengakibatkan anak merasa tidak diperhatikan dan anak menjadi kesal atau ngambek.
- Berbohong meskipun untuk kebenaran, ini sering dilakukan oleh orang tua jika ada hal yang tidak bisa diungkapkan secara jujur.
- Berbicara ketika sedang emosi (marah, menangis). Pada saat kondisi seperti ini, jika orangtua mencoba untuk bertanya tentang apa yang sedang terjadi ataupun memberikan pengertian, justru tidak akan efektif.
- Terlalu sering mengatakan “Jangan”. Seringnya perkataan jangan ataupun tidak boleh dapat mematahkan ataupun mematikan kreativitas anak. Jika anak melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki oleh orangtua ataupun sedang bermain yang membahayakan, tidak perlu tergesa-gesa untuk mengatakan tidak boleh dan jangan.
- Berteriak-teriak, hal ini tidak akan efektif. Anak justru menganggap bahwa teriakan orangtua merupakan salah satu bentuk perhatian jika perilaku tersebut diperhatikan.
- Terlalu sering dimarahi, jika anak sering menerima marahan maka anak akan menjadi kebal dengan omelan tersebut.
- Menganggap remeh pada anak. Anak mempunyai keunikan tersendiri sehingga orangtua hendaknya menghargai apa yang dihasilkan oleh anak. Hasil karya anak-anak perlu diberikan pengakuan dan penghargaan dari orangtua.
- Membandingkan anak dengan siapapun apalagi dibandingkan dengan saudara kandung sendiri. Setiap anak membawa kekhasan masing-masing sehingga dengan menerima anak seutuhnya akan membuat anak tampil percaya diri dan dapat mengoptimalkan potensi, bakat dan minat yang dimiliki.
Selain itu, agar kita mudah berkomunikasi dengan anak, sebaiknya kita memperhatikan beberapa hal yang sifatnya sederhana. Berikut ini adalah tips berkomunikasi dengan anak secara efektif:
- Kedudukan (posisi) orangtua ketika sedang berbicara dengan anak adalah sama dengan anak (posisi tubuh setinggi anak).
- Tatap kedua matanya, jika perlu palingkan kepala anak dengan tangan orangtua (secara lembut) agar anak menatap langsung pada orang tua.
- Jika anak sedang kesal bahkan dalam kondisi sangat marah, usap punggung atau perutnya. Jika anak sedang histeris yang perlu dilakukan orangtua adalah menenangkan diri dulu dengan membantu anak untuk rileks (menarik nafas).
- Ubah intonasi suara, bicaralah dengan suara tegas tetapi lembut.
- Beri kata-kata pada anak untuk membantu mengalirnya percakapan. Contoh Kelihatannya sedang kesal hari ini, coba ceritakan pada ibu atau bapak apa yang membuatmu kesal? Ungkapan tersebut merupakan salah satu contoh bentuk empati. Orang tua yang berempati kepada anak, akan memberikan kenyamanan dan anak merasa bahwa orangtua mengerti akan apa yang terjadi pada dirinya.
- Ulangi apa yang dikatakan anak. Hal ini menunjukkan jika orangtua benar-benar mendengarkan apa yang disampaikan (diceritakan) oleh anak.
- Jangan menyela, biarkan anak menyelesaikan ceritanya. Jika anak sudah selesai bercerita maka saatnya orangtua untuk memberikan feedback (umpan balik) tentang cerita tersebut. Jika orangtua sedang berbicara dan kemudian anak menyela maka berikan pengertian pada anak bahwa biarkan orangtua menyelesaikannya baru kemudian kesempatan anak untuk berbicara.
- Usahakan tetap tenang meskipun suasana hati sedang tidak nyaman. (SPT)