SehatFresh.com – Depresi sendiri lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Ketika mengalami depresi, seseorang akan merasa sedih berkepanjangan, putus harapan, tidak punya motivasi untuk beraktivitas, kehilangan ketertarikan pada hal-hal yang dulunya menghibur dan menyalahkan diri sendiri.
Gejala-gejala depresi antara lain perasaan sedih, mudah merasa lelah, loyo, hilang minat dan kegembiraan, tidak percaya diri, gangguan tidur, makan, pandangan masa depan suram, sulit konsentrasi, merasa bersalah serta percobaan bunuh diri. Berikut ada beberapa penyebab wanita lebih rentan terserang depresi daripada pria:
- Faktor genetik
Seseorang yang memiliki riwayat depresi pada keluarga meningkatkan peluang lebih besar terjadinya depresi baik pada pria maupun wanita. Namun, studi menunjukkan bahwa tekanan hidup yang dialami oleh seseorang cenderung membuat wanita lebih rentan untuk mengalami stres yang berujung pada depresi dibandingkan dengan pria. Mutasi genetik tertentu yang berterkaitan dengan perkembangan depresi berat hanya terjadi pada wanita.
- Premenstrual Syndrome
Naik-turunnya hormon selama masa menstruasi merupakan penyebab umum depresi pada perempuan. Banyak perempuan yang mengalami hal ini dengan emosi yang naik turun, perasaan tidak nyaman dan mudah tersinggung. Namun pada beberapa wanita, PMS yang dialaminya benar-benar sangat mengganggu sehingga didiagnosis mengidap premenstrual dysphoric disorder (PDD).
- Masa puber
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan, baik secara fisik dan psikis. Berkaitan dengan depresi, studi menemukan bahwa sebelum masa puber, anak laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung mengalami depresi. Namun, setelah usia 14 tahun, wanita cenderung dua kali lebih rentan mengalami depresi.
- Masa kehamilan dan melahirkan
Wanita hamil biasanya mengalami trimester pertama yang sulit, menghadapi morning sickness alias mual dan muntah, penambahan berat badan, dan mood swings atau perubahan emosi yang tak terduga. Bahkan ada juga yang full semasa kehamilan merasakan mual dan lemas selama sembilan bulan. Hal ini tentu saja dapat menjadi pemicu depresi. Perubahan hormon dan genetik saat proses perkembangan janin juga dapat membuat wanita lebih rentan mengalami gangguan mood, seperti depresi. Apalagi setelah melahirkan, wanita juga akan sangat rentan mengalami baby blues, yaitu kondisi khawatir, tidak bahagia, mood swings dan kelelahan setelah proses melahirkan.
- Masa perimenopause (menjelang menopause)
Beberapa wanita rentan mengalami depresi setelah proses melahirkan atau selama masa transisi menuju masa menopause. Naik-turunnya kadar hormon reproduksi pada tahun-tahun menjelang atau selama menopause dapat memicu gejala depresi pada wanita usia lanjut.
- Masalah kesehatan
Sakit kronis, kecelakaan atau kecacatan dapat mengakibatkan seorang wanita menjadi depresi. Misalnya, pada orang-orang yang sangat ketat menjalani diet atau baru saja mengakhiri kebiasaannya merokok. Hal ini terjadi karena perubahan sistem dalam tubuh yang berdampak pada hormonnya. (KKM)