SehatFresh.com – Di masa-masa pencarian identitas, banyak hal yang mulanya tak tampak dari remaja menjadi kasat mata. Perubahan sikap adalah salah satunya. Hati-hati bila perubahan sikap tersebut adalah murung karena bisa menjadi tanda depresi. Depresi dan gangguan bipolar adalah diagnosis kesehatan mental paling umum ketiga pada anak-anak usia 18 tahun ke bawah.
Secara khusus, remaja putri lebih rentan terjerat depresi dibanding laki-laki. Menurut data dari Departemen Pendidikan di Inggris yang meneliti 30.000 remaja usia 14-15 tahun, satu dari tiga remaja putri menderita kecemasan atau depresi. Dibanding 10 silam, jumlah remaja penderita kecemasan dan depresi di sana naik 10% sehingga peneliti menyebutnya sebagai epidemik yang bertumbuh lambat.
Lebih lanjut, sebanyak 37% remaja putri yang disurvei mengaku mengalami gejala tekanan psikologis, seperti perasaan tak berharga atau kesulitan berkonsentrasi, sedangkan remaja putra yang mengalami hal ini hanya 15%.
Penelitian terhadap remaja di Amerika pun menunjukkan tren yang serupa dengan di Inggris. Tingkat depresi remaja usia 12-20 tahun yang menanjak terdapat dalam temuan riset The National Surveys on Drug Use and Health. Lebih jauh lagi dalam hasil riset mereka, remaja usia 18-20 tahun menunjukkan kenaikan depresi yang signifikan. Akibat terburuk dari sebuah depresi yang dialami siapa pun adalah keinginan bunuh diri.
Situs Newport Academy mengutip Nemours Foundation yang menyatakan bahwa kebanyakan perubahan suasana hati pada remaja merupakan dampak fluktuasi estrogen, progesteron dan testosteron. Ketiga hormon ini adalah hormon seks yang memicu ketertarikan seseorang dengan orang lain. Remaja menjadi begitu tertarik pada seks, bahkan tak jarang sampai terobsesi.
Pada remaja putri yang baru mengalami menstruasi, emosi yang meledak-ledak kerap kali ditemukan dan diasosiasikan dengan pre-menstrual syndrome (PMS).
Dalam situs Helpguide tercantum beberapa gejala depresi yang dialami oleh remaja. Hal yang paling umum ditemui adalah perasaan sedih, murung dan putus asa. Mudah tersinggung dan sering menangis menjadi gejala lain yang kerap ditemukan dalam diri mereka. Depresi pada remaja juga menyebabkan performa mereka menurun di sekolah, mengalami perubahan nafsu makan, kebiasaan tidur dan kesulitan berkonsentrasi.
Di samping itu, remaja pun merasa kurang antusias dan termotivasi dalam menjalani hari serta sering kali terganggu rasa nyeri dan kelelahan tak beralasan. Lebih ekstrem, remaja yang depresi bisa memicu dirinya untuk bunuh diri.
Banyak studi yang telah meneliti mengenai kecenderungan remaja untuk bunuh diri ketika tidak bisa menyelesaikan masalah. Center for Disease Control and Prevention mengumumkan pada November 2016 silam bahwa berdasarkan data tahun 2014, tingkat bunuh diri pada remaja usia 10-14 tahun meningkat hingga angkanya mampu menyaingi jumlah kematian remaja akibat kecelakaan lalu lintas. (SBA)