SehatFresh.com – Puasa Ramadhan dapat menyebabkan perubahan pada orang yang melakukannya. Perubahan itu bisa dari sisi emosional, gaya hidup hingga kesehatan fisiknya. Terkait kesehatan fisik, puasa bisa mempengaruhi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner dan stroke.
Fakor risiko yang paling banyak dihubungkan dengan kejadian penyakit jantung koroner dan stroke adalah kadar lemak dalam darah, faktor koagulasi dan pembekuan darah, tekanan darah tinggi serta kebiasaan merokok. Kadar lemak darah dipengaruhi oleh perubahan pola makan dan jenis makanan, konsumsi gula olahan dan aktivitas fisik. Penelitian menunjukkan bahwa puasa di bulan Ramadan dapat mempengaruhi berbagai faktor risiko tersebut.
Sejumlah jenis penyakit jantung dan pembuluh darah telah menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia. Beberapa jenis penyakit tersebut antara lain jantung koroner, tekanan darah tinggi (hipertensi), hipertensi jantung (hipertention heart disease), ventrikel fibrillation, stroke dan jenis-jenis penyakit degeneratif jantung lainnya.
Umumnya, penyakit-penyakit tersebut disebabkan karena hiperlipidemia (kelebihan lemak darah), hiperkolesterolemia (kelebihan kolesterol darah) yang bersifat kronis serta lama-kelamaan akan membentuk deposit di dalam dinding pembuluh darah. Pembuluh darah bisa menjadi kaku atau tersumbat. Kondisi ini berakibat tekanan pada pembuluh darah meninggi yang disebut hipertensi.
Bagi penyakit kardiovaskular, tidak ada penanggulangan yang lebih baik selain mencegahnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki gaya hidup sehat, melaksanakan pola makanan yang sehat (memperbanyak makan makanan berserat dan bersayur serta tidak makan berlebihan makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi) serta dilanjutkan dengan olahraga atau aktivitas yang teratur.
Nah, berpuasa akan melatih seseorang untuk hidup teratur serta mencegah kelebihan makan. Menurut penelitian, puasa dapat menyehatkan tubuh sebab makanan berkaitan erat dengan proses metabolisme tubuh. Saat berpuasa, ternyata terjadi peningkatan HDL (kolesterol baik) dan penurunan LDL (kolesterol jahat). Hal ini sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah.
“Lemak jahat jika berlebihan dapat membentuk plak di pembuluh darah dan lama-kelamaan akan menyumbat pembuluh darah. Kalau sumbatannya di pembuluh darah koroner, jadi penyakit jantung koroner, kalau di otak jadi stroke,” terang Kepala Sub Direktorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Kementerian Kesehatan Lily Banonah Rivai.
Tambah pula, keadaan psikologis yang tenang, teduh, dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata dapat menurunkan adrenalin. Adrenalin sendiri akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pebuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah rterial, dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung.
Kekurangan air dalam puasa ternyata dapat meminimalkan volume air dalam darah. Kondisi ini berakibat memacu kinerja mekanisme lokal pengatur pembuluh darah dan menambah prostaglandin yang pada akhirnya memacu fungsi dan kerja sel darah merah.
Beberapa penelitian juga menunjukan, puasa Ramadhan berpengaruh terhadap ritme penurunan distribusi sirkadian dari suhu tubuh, hormon kortisol, melatonin, dan glisemia. Berbagai perubahan yang meskipun ringan tersebut tampaknya juga berperan bagi peningkatan kesehatan manusia. (SBA)