SehatFresh.com – Tidak mudah menilai gejala kemandulan pada seorang pria. Kemandulan pun baru terasa bila pasangan tak kunjung berhasil punya anak, meski terus mencoba. Lalu bagaimana cara mendeteksinya?
Kondisi kesehatan secara umum dapat memengaruhi tingkat kesuburan. Tes atau pemeriksaan kesuburan sering kali diawali dengan pemeriksaan fisik. Kemudian, akan dilanjutkan dengan tes-tes khusus pada bagian reproduksi.
Salah satu tes reproduksi yang khusus dilakukan kepada pria adalah analisis sperma. Pada tes ini, seseorang akan diminta memberikan contoh air mani untuk dilakukan pemeriksaan. Air mani dapat diperoleh melalui masturbasi atau saat berhubungan seksual dan mengeluarkan air mani ke tempat khusus. Kemudian, akan dilakukan analisis sperma. Namun, seorang pria dilarang untuk terlibat dalam aktivitas seksual apapun minimal 48 jam sebelum melakukan uji sperma.
Sampel sebaiknya langsung dikumpulkan saat itu juga di lokasi pengujian untuk menjaga kualitas sampel tetap baik. Apabila harus dilakukan di rumah, batas pengumpulan dan pengantaran sampel paling maksimal adalah satu jam sebelum waktu pengujian. Selama perjalanan ke laboratorium, suhu sampel harus berkisar antara 20–40°C agar tidak merusak kualitasnya.
Sampel yang telah tiba di laboratorium sebaiknya dianalisis sesegera mungkin. Analisis cairan semen terdiri dari dua macam, yaitu pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis (menggunakan mikroskop).
Analisis air mani setidaknya dilakukan dua kali, berjarak setidaknya tujuh hari atau lebih dari tiga bulan. Jika hasil dari dua pemeriksaannya sangat berbeda, maka perlu diperiksa sekali lagi. Satu kali analisis sperma tidak dapat mencerminkan diagnosis yang paling akurat.
Ketika sampel dilihat secara kasat mata lewat uji makroskopik, cairan mani yang normal seharusnya berwarna putih keabuan atau putih mutiara, dan berbau khas seperti bunga akasia. Air mani dikatakan normal jika setelah diperiksa volumenya minimal 1,5 mililiter, dengan kandungan 15 juta sel sperma per mililiternya. Setelah dikeluarkan, air mani yang normal akan cepat menggumpal namun kembali mencair lagi dalam waktu kurang lebih 60 menit.
Kadar pH air mani yang normal seharusnya sekitar 7,2. Apabila pH-nya terlalu basa (lebih dari 8), ini menandakan potensi infeksi. Apabila pH air mani kurang dari 7 (terlalu asam) dan jumlah spermanya sangat sedikit ketika dilihat dari mikroskop, ini mungkin menandakan adanya kerusakan pada saluran pengalir sperma yang menyebabkan masalah ejakulasi seperti ejakulasi retrograde (ejakulasi terbalik).
Sperma dinyatakan masih bisa berfungsi baik jika 4% dari total sel sperma dalam sampel berbentuk normal. Jika jumlah sperma Anda rendah ketika dilihat lewat mikroskop, namun ternyata memiliki gerak yang tergolong baik (60% atau lebih sperma bergerak), maka masalah kesuburan tidak perlu dikhawatirkan.
Apabila pada sampel ditemukan banyak sel darah putih, patut dicurigai adanya infeksi pada saluran reproduksi pria. Infeksi dan/atau penyakit tertentu, seperti diabetes, dapat mempengaruhi kesuburan secara tidak langsung. (SBA)