SehatFresh.com – Manis adalah rasa yang paling banyak digemari oleh semua kalangan usia. Karena dapat menciptakan suasana hati yang lebih baik, makanan manis pun membuat banyak orang ketagihan sehingga ingin terus menyantapnya lagi dan lagi. Namun, makan makanan manis terlalu banyak dapat mengganggu kesehatan akibat asupan gula berlebihan. Ini karena makanan manis yang sering kita konsumsi berasal dari gula tambahan (gula hasil pemrosesan) bukan gula alami seperti yang terkandung dalam buah atau sayur.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan merekomendasikan agar asupan gula tidak lebih dari 50 gram atau setara dengan 5-9 sendok teh per hari. Sayangnya, masih banyak orang yang tidak sadar kalau mereka mendapat kalori 300-500 ekstra dari gula tambahan. Apakah Anda juga salah satunya? Jika iya, mulailah kurangi asupan gula. Pasalnya, pola makan terlalu banyak gula membawa sejumlah risiko kesehatan, seperti:
- Merusak hati
Terlalu banyak gula sama saja dengan menimbun fruktosa (hasil pemecahan gula di sistem pencernaan) pada hati. Fruktosa akan berubah menjadi glikogen dan disimpan di hati sebagai cadangan energi sampai tubuh membutuhkannya. Namun, glikogen yang berlebihan akan diubah menjadi lemak. Bila tubuh menerima asupan gula dalam jumlah besar berulang kali, proses ini perlahan bisa menyebabkan perlemakan hati, dan ini menjadi salah satu masalah hati yang sering terjadi pada non-alkoholik.
- Resistensi insulin dan diabetes
Semakin banyak gula yang masuk ke dalam tubuh, semakin tinggi kemungkinan terjadinya lonjakan gula darah yang signifikan. Hal ini menyebabkan tubuh membutuhkan lebih banyak insulin agar gula darah tetap di bawah kendali. Namun, seiring waktu, tuntutan permintaan insulin ini akan membuat sel-sel pembuat insulin menjadi aus, sel-sel tubuh tidak merespon insulin dengan baik, dan bahkan produksi insulin pun berhenti. Kondisi ini disebut resistensi insulin, dan pada akhirnya akan berkembang menjadi diabetes.
- Meningkatkan risiko penyakit jantung
Resistensi insulin juga akan berdampak pada sistem peredaran darah. Tingkat insulin tinggi yang kronis menyebabkan sel otot polos di sekitar pembuluh darah tumbuh lebih cepat dari biasanya. Hal ini dapat menyebabkan dinding arteri menjadi lebih tegang, memicu tekanan darah tinggi, dan pada akhirnya serangan jantung dan stroke lebih mungkin terjadi.
- Obesitas
Gula tambahan yang oleh tubuh tidak segera digunakan untuk energi dapat dengan mudah dikonversi menjadi menjadi trigliserida, yaitu sejenis lemak yang nantinya tersimpan di sekitar pinggang, pinggul, dan paha. Selain itu, gula berlebihan dapat mengganggu keseimbangan hormon dan memengaruhi cara otak dalam mengontrol asupan makanan. Menurut penelitian, mengonsumsi gula akan menciptakan kesenangan serta merangsang pelepasan opiat dan dopamin dalam sistem reward otak, khususnya di area otak yang disebut nucleus accumbens. Itulah mengapa seseorang menjadi ketagihan dan susah mengurangi makanan manis meskipun mereka tahu kalau mereka akan gemuk.
- Gigi berlubang
Sudah bukan hal aneh kalau gula dapat memicu gigi berlubang, terutama jika kebersihan gigi dan mulut kurang diperhatikan. Bakteri yang hidup di mulut akan mencerna segala jenis karbohidrat (termasuk gula) dan kemudian memproduksi asam yang bercampur dengan air liur untuk menghasilkan plak. Jika jarang sikat gigi, plak akan terakumulasi pada gigi dan mulai mengikis email gigi, dan seiring waktu berubah menjadi gigi berlubang, dan bahkan gigi menjadi lebih berisiko tanggal lebih cepat. (RFZ)