SehatFresh.com – Banyak pria mengidamkan tubuhnya bugar dan kekar. Cara membangun masa otot biasanya diperoleh dengan melakukan angkat beban. Sayangnya, ada kalanya seseorang menjadi kelewatan dan kecanduan hingga menimbulkan kelainan kejiawaan yang disebut muscle dysmorphia (MD) atau yang lebih populer dengan sebutan bigorexia.
Kelewatan dan kecanduan ini bisa berarti seseorang yang terobsesi dengan tampilan bentuk tubuh yang kekar dan berotot. Bisa juga berarti seseorang yang selalu merasa tidak merasa puas dengan bentuk tubuhnya, padahal orang tersebut telah tampak sangat kekar.
Inilah yang disebut dengan bigorexia, hampir mirip seperti anoreksia, namun kebalikannya. Melansir dari BBC, penyebab dari bigorexia bisa bermacam-macam, seperti keinginan untuk tampil lebih sukses, kuat dan bahkan menarik.
Yup, beberapa pria bisa merasakan adanya tekanan yang meningkat terhadap tubuhnya agar terlihat berotot, membentuk V shape dan juga memiliki six pack.
Gejala terobsesi pada tubuh kekar ini bisa juga karena kelainan gen ataupun karena ketidak seimbangan proses kimia yang terjadi dalam otak. Pengalaman hidup juga bisa menjadi pengaruh, bigorexia sering kali terjadi terhadap beberapa orang yang sering dianiyaya serta mengalami kekerasan ketika di usia remaja atau anak-anak.
Dikutip dari Fox News, bigorexia telah nampak meningkat di beberapa negara. Di Amerika Serikat (AS), misalnya, setidaknya 2% warganya memiliki gangguan body dysmorphic. Para ahli meyakini bahwa seperempatnya mengalami bigorexia.
Pengidap bigorexia bisa terlihat sangat terobsesi dengan angkat beban, melupakan pekerjaan dan orang-orang sekitarnya untuk berolah raga dan menghilangkan lemak. Terkadang beberapa terlibat dalam kecanduan obat-obatan, misalnya steroid yang dikonsumsi untuk membantu pembentukan massa otot. Parahnya terkadang sesorang bisa menjadi sangat depresi dan putus asa sampai akhirya dapat berujung pada bunuh diri.
Pengidap bigorexia kerap mengkhawatirkan tubuh mereka terlalu kecil, walau mereka sudah memiliki otot yang cukup besar. Tujuan mereka adalah perfeksionisme, terlebih karena tekanan terhadap ‘tubuh yang sempurna’.
Masih diperlukan banyak riset soal kelainan MD, dan sampai saat itu, para binaragawan dan Anda yang kerap angkat beban memiliki risiko yang tinggi terkena kelainan ini. Bigorexia banyak dialami oleh laki-laki dari berbagai usia, dari dewasa muda sampai yang sudah cukup matang hingga paruh baya. Menariknya, satu dari 10 pria yang rutin nge-gym menunjukkan gejala bigorexia.
Namun, banyak pria yang mengalami gangguan ini atau orang-orang terdekat mereka tidak menyadari gejalanya. Pandangan masyarakat bisa turut memperparahnya. Stereotip “pria maskulin, tinggi gagah dan berotot” yang masih begitu kuat dipegang teguh oleh masyarakat, misalnya, ditambah dengan pengaruh kuat media sosial, membuat pemandangan “nge-gym mati-matian” sebagai hal yang lumrah. (SBA)