Isu keamanan pangan menjadi penting mengingat masyarakat yang kurang peduli dan adanya masyarakat lain yang memanfaatkan ketidakpedulian ini dengan menggunakan bahan pengawet beracun kedalam makanan dan minuman yang kita konsumsi.Sebut saja penggunaan formalin, boraks dan rhodamin dalam makanan dan minuman kita. BPOM dan polisi selalu melakukan razia akan kualitas makanan dan selalu ditemukan produk makanan yang telah dicampur dengan makanan berbahaya. Disisi lain juga sering ditemukan adanya penggunaan daging celeng untuk bakso atau menyamarkan daging celeng seperti daging sapi. Terakhir terjadi penemuan tempat produksi nata de coco yang menggunakan pupuk untuk campuran pembuatan produk makanan tersebut. Oleh karena itu cocok sekali jika WHO mengangkat topik keamanan pangan sebagai isu utama dalam hari kesehatan dunia 2015 kali ini.
Beberapa hal yang harus diperhatikan jika bahan beracun masuk kedalam tubuh cepat atau lambat akan terjadi dampak yang tidak inginkan dalam tubuh kita. Sebut saja formalin, formalin sangat terkenal sebagai cairan untuk pengawet mayat sampai sekarang pun dalam lingkungan rumah sakit masih digunakan untuk mengawet sample jaringan tubuh manusia dari hasil biopsi atau sample langsung diambil pada saat operasi sebelum diperiksa di laboratorium. Formalin tidak berwarna dan mempunyai bau yang keras dan mempunyai berat jenis 1,09 kg/l dalam suhu 20 0 C. Penelitian Badan POM menunjukkan bahwa formalin terdapat pada makanan yang sehari-hari kita konsumsi yaitu mie basah, ikan asin, baso dan tahu. Bahkan terakhir formalin ditemukan pada kikil, makanan favorit sebagian masyarakat kita.
Formalin bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen (menyebabkan kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel, jaringan tubuh), korosif dan iritatif. Uap dari formalin sendiri sangat berbahaya jika terhirup oleh pernafasan dan juga sangat berbahaya dan iritatif jika tertelan oleh manusia. Untuk mata, seberapa encerpun formalin ini tetap iritatif. Jika sampai tertelan maka seseorang tersebut harus segera diminumkan air banyak-banyak dan segera diminta untuk memuntahkan isi lambungnya.
Dampak buruk bagi kesehatan pada seorang yang terpapar dengan formalin dapat terjadi akibat paparan akut atau paparan yang berlangsung kronik. Apa yang terjadi pada masyarakat kita yang menkonsumsi makanan yang mengandung formalin tentunya paparan ini berlangsung kronik. Dampak buruk bagi kesehatan jika terpapar formalin secara kronik dan berulang-ulang antara lain sakit kepala, radang hidung kronis (rhinitis), mual-mual, gangguan pernafasan baik berupa batuk kronis atau sesak nafas kronis. Gangguan pada persyarafan berupa susah tidur, sensitive, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitas. Pada manusia penggunaan formalin jangka panjang dapat menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan. Pada penelitian binatang ternyata formalin menyebabkan kanker kulit dan kanker paru.
Formalin juga dapat diserap oleh kulit dan seperti telah disebutkan diatas juga dapat terhirup oleh pernafasan kita. Oleh karena itu melalui kontak langsung dengan zat tersebut tanpa menelannya juga sudah dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Formalin juga dapat merusak persyarafan tubuh manusia dan dikenal sebagai zat yang bersifat racun untuk persyarafan tubuh kita (neurotoksik). Sampai sejauh ini informasi yang ada menyebutkan tidak ada level aman bagi formalin ini jika tertelan oleh manusia. Sekali lagi .jelas bahwa zat ini sangat berbahaya jika terpapar pada tubuh manusia baik kontak langsung, terhirup ataupun tertelan.
Selain masalah makanan yang mengandung pengawet yang beracun, dalam rangka Hari Kesehatan Dunia ini masyarakat juga harus memperhatikan untuk memperhatikan kualitas makanan yang akan dikonsumsi. Karena jika tidak diperhatikan makanan atau minuman yang kita konsumsi bisa menyebabkan keracunan bagi yang mengonsumsinya. Kasus keracunan makanan juga merupakan kasus yang sering membawa seseorang untuk mencari pertolongan baik ke tempat praktek dokter maupun rumah sakit. Jika keracunan makanan terjadi pada satu kelompok orang maka makanan atau minuman penyebab dari keracunan makanan tersebut harus diantisipasi sehingga korban yang timbul tidak bertambah banyak.
Semua orang sebenarnya terpapar dengan kemungkinan terjadinya keracunan makanan. Karena keracunan makanan dapat terjadi setiap waktu dan tidak terduga-duga. Secara umum ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya keracunan makanan. Tiga faktor tersebut adalalah faktor penderita dalam hal ini kita bicara soal daya tahan tubuh seseorang, faktor lingkungan dan faktor dari penyebab dari keracunan itu sendiri baik dari makanan itu sendiri atau bakteri yang mencemari makanan penyebab keracunan itu sendiri. Dari segi penderita kelompok orang yang mempunyai daya tahan tubuh turun mudah mengalami keracunan. Kelompok anak-anak dan orang tua termasuk kelompok yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, dan secara individu orang dewasa dengan penyakit kronis, atau seseorang yang dalam kondisi tidak fit kurang istirahat dan kurang teratur makanannya juga kelompok yang mudah mengalami keracunan makanan.
Jika bicara soal makanan sebagai penyebab keracunan, kita ketahui bahwa makanan sebagai suatu zat gizi tentunya mempunyai nilai bagi kesehatan kita tapi jika makanan tersebut mengandung racun tentunya menjadi suatu hal yang membahayakan bagi kesehatan. Racun yang terdapat pada makanan bisa berasal dari makanan itu sendiri atau dari makanan yang tercemar oleh kuman yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya keracunan. Yang manjadi masalah, kita tidak mengetahui dan tidak dapat mengenali bagaimana kondisi makanan tersebut sebelum kita makan. Jika makanan tersebut sudah berubah bau dan bentuk tentunya makanan tersebut tidak kita makan.
Makanan yang dimakan sehari-sehari dapat tercemar oleh bakteri, virus atau parasit. Jika makanan atau minuman dalam kemasan tentunya yang terpenting diperhatikan adalah tanggal kadaluarsa, karena jika melewati waktu tentunya makanan atau minuman tersebut itu sudah kadaluarsa. Sedih beberapa waktu lalu mndengar ketika anak SD keracunan setelah meminum susu kadaluarsa.
Makanan yang berpotensi untuk tercemar adalah makanan mentah terutama daging, telur dan sea food dan juga makanan yang dimasak setengah matang atau makanan yang matang tetapi tercemari oleh kuman. Produk-produk makanan ini bisa tercemar pada saat penyimpanan sebelum dimasak, pada proses pembuatan atau penyimpanan setelah makanan tersebut siap saji.
Pecegahan adalah lebih baik dari pada mengobati. Informasi agar makanan tidak tercemar oleh bakteri yang pada akhirnya menyebabkan kercaunan makanan harus dismpaikan secara terus menerus kepada masyarakat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain adalah bahwa makanan harus di masak dengan baik agar bakteri dapat mati dalam proses memasak makanan tersebut. Makanan diusahakan jangan terlalu lama berada pada suhu kamar. Untuk mencegah agar bakteri yang berbahaya tidak tumbuh pada makanan adalah :
- Masak makanan dengan suhu yang cukup tinggi agar dapat membunuh bakteri yang berbahaya
- Cegah kontaminasi silang, misalnya pisau untuk memotong daging mentah, seafood jangan digunakan bersamaan untuk memotong makanan yang sudah matang. Selain itu kebersihan tempat mempersipkan makanan harus tetap terjaga bersih.
- Cegah makanan yang sudah masak tercemar oleh daging dan sea food mentah.
- Pertahanankan makanan hangat agar tetap hangat, dan makanan dingin agar tetap dingin. Peratahankan makanan yang hangat pada suhu diatas 65O C, dan panaskan makanan untuk disajikan pada suhu diatas 85O C
- Taruh makanan pada kulkas dengan pengaturan suhu yang tepat, jika makanan terlalu lama pada suhu kamar, makanan tersebut mungkin sudah tidak aman untuk dimakan
- Jangan mendefrost makanan di dapur pada suhu kamar, lakukan defrost di kulkas, air keran yang mengalir, atau dengan menggunakan microwave.
- Produk makanan dan minuman kemasan hendaknya ditaruh sesuai dengan ketentuan yang ada pada kemasan, misalnya sebaiknya ditaruh pada suhu 2-8 0 C, atau halus ditaruh di freeezer, atau dapat ditaruh pada suhu kamar dan tidak terpapar langsung dengan matahari.
- Gunakan air yang mengalir saat mencuci sayur dan buah yang akan dikonsumsi langsung.
Dr.Ari Fahrial Syam
Division of Gastroenterology,Department of Internal Medicine, University of Indonesia
Beliau bisa ditemui di akun Twitternya @DokterAri